Rabu, 20 April 2011

Malaysia Pernah Mau Beli Garuda Wisnu Kencana

Pastikan mengaku tawaran itu datang saat dia menjabat Ketua Yayasan GWK, 2005.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika

VIVAnews - Sempat mengklaim tari Pendet bagian dari kebudayaan, Malaysia juga pernah menawar untuk membeli kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Bali. Hal ini dibenarkan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, Sabtu 29 Agustus 2009.

Pastika mengaku tawaran itu datang saat dia menjabat Ketua Yayasan GWK, 2005. Saat itu, kata mantan Kapolda Bali ini, pembangunan GWK membutuhkan dana besar, yaitu sekitar Rp 1,5 triliun. "Mungkin kalau situasinya masih di zaman orde gampang cari dana karena bisa dicarikan dari mana-mana. Tapi sekarang kan tidak bisa seperti itu," kata dia.

GWK dibangun untuk menciptakan sejarah terbesar setelah borobudur. Penataan yang dibutuhkan akan ada bangunan pendukung 14 tingkat yang nantinya seluruh konferensi serta pameran seni diarahkan  ke tempat ini dengan patung tertinggi di dunia. Jika semuanya itu selesai dibutuhkan dana mencapai Rp 1,5 triliun.

Ketika perayaan hari kemerdekaan ke-50, tahun 2005, Bali sempat memiliki ambisi untuk menyelesaikan proyek yang maha hebat tersebut. Saat itu Pastika pun membuka untuk mencari investor agar dapat dibangun lagi yang ketika itu masih membutuhkan dana sekitar Rp 1,3 triliun.

“GWK ini adalah karya anak bangsa yang sangat monumental milik Indonesia karena setelah borobudur, karya fisik belum ada yang sehebat borobudur, apalagi landmarknya ada di Bali,” kata dia.

Banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi. "Termasuk Malaysia yang tertarik dan mereka mau menyediakan dana itu. Hanya saja saya tidak mau karena saya ingin  GWK menjadi kebanggaan masyarakat Bali dan dibiayai oleh masyarakat Bali tentunya," tegasnya.

Tak hanya investor swasta dari Malaysia saja yang tertarik, namun beberapa dari negara lain termasuk investor dalam negeri juga ada yang berminat. Karena ada pertimbangan tertentu maka hal itu tak dilanjutkan.

Alasan mengapa Malaysia mengincar untuk membeli GWK karena prospektif bisnisnya cukup menjanjikan. “Bayangkan saja kalau seluruh bangunannya jadi maka dana yang akan masuk  cukup besar. Sekarang saja sudah ribuan orang yang datang,” urai Pastika. 

Penolakan tegas yang dilakukannya adalah GWK ada di Bali dan harus dimiliki masyarakat Bali serta Indonesia bukan dikuasai negara lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar