Rakyat Korea Utara berkabung atas kematian pemimpin mereka Kim Jong-il.
Korea Selatan mengatakan negara itu tidak menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Korea Utara menyusul kematian Kim Jong-il.
Presiden Lee Myung-bak mengatakan hal itu dalam pertemuan dengan para tokoh politik, menurut kantor berita Yonhap.
Lee, yang sering disebut Pyongyang sebagai "penghianat", juga menyatakan harapan bahwa negara komunis itu akan segera stabil kembali.
Korea Selatan mengirim pesan belasungkawa untuk rakyat Korea Utara dan juga membatalkan rencana memasang lampu-lampu Natal di perbatasan.
Seoul juga mengirim juru runding nuklir ke Beijing untuk membicarakan situasi di Korea Utara menyusul kematian Kim Jong-il.
"Langkah itu kami ambil untuk menunjukkan bahwa kami tidak bermusuhan dengan Korea Utara," kata Lee.
Lee juga mengatakan Korea Selatan akan melunakkan posisi mereka.
"Kami bisa fleksibel terkait hubungan masa depan dengan Korea Utara," katanya.
Alam pun berkabung
Sementara itu, media resmi Korea Utara masih terus melaporkan tentang rakyat yang berkabung.
Kim Jong-il meninggal Sabtu (17/12) lalu karena serangan jantung pada usia 69 tahun, menurut media resmi.
Kim memimpin Korea Utara sejak kematian ayahnya tahun 1994.
Bahkan alam pun juga bersedih, kata kantor berita resmi Korut Kamis (22/12).
Badai salju melanda saat Kim meninggal sementara danau vulkanik di dekat tempat kelahirannya dilaporkan retak.
Para pengamat khawatir, suksesi yang belum dipastikan sebelum kematin Kim dapat menimbulkan ketidakstabilan.
Korea Selatan, yang secara teknis masih berperang dengan negara tetangganya itu menyusul perang Korea tahun 1950-1953, menempatkan militer dalam keadaan siaga setelah kematian Kim Jong-il diumumkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar