Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengingatkan  masyarakat akan bahaya akibat bakal maraknya sampah antariksa yang jatuh  ke Bumi. Puncak potensi bahaya akibat sampah dari satelit yang tidak  lagi terpakai ini terjadi pada 2012.
Hal itu diingatkan Thomas Djamaluddin, Kepala  Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan, di dalam acara Press  Tour yang diadakan Kamis (10/12/2009). Acara ini diikuti sejumlah  wartawan dari sejumlah media cetak ataupun elektronik.
"Pada saat  itu, atmosfer Bumi akan menjadi lebih padat akibat pengaruh aktivitas  iradiasi matahari di saat siklus puncak. Dengan kian padat, ada hambatan  bagi satelit dalam bergerak. Kecepatan menjadi semakin rendah dan  lama-lama kehilangan gravitasi dan ketinggian sehingga akan mudah  jatuh," tutur profesor riset di bidang astronomi Lapan ini.
Saat  itu, lanjut Thomas, diperkirakan hampir setiap hari sampah berupa  satelit akan jatuh ke permukaan Bumi. Pada kondisi normal, rata-rata  hanya dua satelit atau pecahannya yang jatuh per pekannya. Adapun jumlah  sampah antariksa ini bisa mencapai 13.000 dalam ukuran lebih dari 1  sentimeter.
"Namun, masyarakat jangan panik," katanya. Menurut  dia, peluang sampah antariksa ini untuk mengenai manusia atau obyek yang  dimiliki manusia sangat kecil.
"Secara keseluruhan, Bumi ini kan  luas. Mayoritas seperti laut, gurun, dan hutan tidak berpenghuni. Jadi,  peluangnya kecil," ucapnya.
Thomas memberi contoh, sebuah  satelit rusak yang berada di atas langit Indonesia memiliki peluang yang  sama untuk bisa jatuh di Indonesia ataupun Arab Saudi dalam rentang  jarak yang cukup jauh, yaitu 1.000 kilometer. "Makanya, ini sulit  diprediksi akan jatuh di mana," ucapnya.
Pada 2003, saat terjadi  puncak aktivitas matahari, Indonesia dihujani sampah-sampah ini. Pecahan  yang jatuh sampai ke tanah, antara lain, di Bengkulu dengan ukuran 80 x  120 cm. Satelit Berposax juga sempat melintas di Indonesia pada Mei  2003. Pecahan yang terbesar, berukuran manusia, yaitu sisa Roket Soyus  dan Cosmos terjadi pada Maret 1981 di Bengkulu.
Pernah pula  dilaporkan sampah ini menimpa sapi, lalu SPBU. Namun, ini bukan di  Indonesia, tutur Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa.  Wah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar