Minggu, 17 April 2011

Pasukan militer AS dalam sebuah intervensi di Somalia pada tahun 1992. Pemerintahan AS membantah bahwa mereka berencana melibatkan diri dalam pertempuran di Somalia. (Foto: AP)
Pasukan militer AS dalam sebuah intervensi di Somalia pada tahun 1992. Pemerintahan AS membantah bahwa mereka berencana melibatkan diri dalam pertempuran di Somalia. (Foto: AP)
WASHINGTON - Pada hari Sabtu (13/03) Amerika Serikat membantah bahwa pihaknya menyusun rencana untuk melibatkan diri dalam pertempuran di Somalia dan mengirimkan pasukan militer. AS mengklaim bahwa dukungan yang diberikan kepada pemerintah
Somalia tidak termasuk pelatihan dan pendanaan sektor keamanan. Laporan sejumlah media setempat menyebutkan bahwa korban jiwa yang jatuh di Somalia dalam perang selama empat hari di Mogadishu meningkat mendekati angka 200.
Johny Carson, wakil menteri luar negeri AS untuk urusan Afrika, mengatakan: "Kami mengawasi pertempuran Mogadishu karena masalah Somalia mempengaruhi seluruh wilayah Afrika, dan harus ada prioritas dalam menyelesaikan permasalahan Somalia, dan benua Afrika pada umumnya."
Carson menambahkan, "Tahun lalu, Washington mengucurkan bantuan sebesar $185 juta untuk mendanai pasukan perdamaian Afrika yang ditugaskan di negara tersebut. Bantuan tersebut juga dialirkan dlam upaya melatih pasukan Somalia di luar wilayah Somalia."
Berbicara di hadapan Kongres, Carson membenarkan bahwa Washington telah memberikan bantuan militer kepada pemerintah Somalia. Ia beralasan, hal itu dilakukan berdasarkan keyakinan pemerintah AS untuk mengakhiri kekerasan di negara tersebut dan mengatasinya dengan kekuatan militer.
Carson membantah laporan yang menyebutkan bahwa AS mengirimkan penasihat militer di medan tempur. Ia berkata: "Amerika Serikat tidak terlibat dalam perencanaan atau upaya mengorganisir operasi militer oleh pemerintah (Somalia), seperti halnya tindakan militer AS yang sebisa mungkin menghindarkan keterlibatan dalam operasi militer sebelumnya. AS tidak membayar atau menyediakan penasihat militer kepada pemerintahan Somalia."
Sebelumnya, Presiden Sheikh Sharif Ahmed mengumumkan bahwa pemerintahannya akan menyambut dukungan serangan udara AS untuk kembali mengambil alih kendali wilayah yang direbut gerilyawan.
Presiden Somalia tersebut menambahkan bahwa bantuan internasional diperlukan untuk melakukan rekonstruksi dan pengamanan wilayah.
Kantor Berita New York Times Melaporkan bahwa ada kemungkinan pasukan AS memberikan bantuan dalam bentuk serangan udara dan menerjunkan pasukan khusus.
Surat kabar tersebut mengutip ucapan seorang pejabat AS yang merahasiakan namanya. Pejabat tersebut mengatakan bahwa pemerintah siap meluncurkan serangan dalam kurun waktu beberapa minggu.
Bantuan AS tersebut dapat berperan penting dalam upaya pemerintah Somalia untuk kembali mengendalikan ibukotanya. Bagi AS, hal tersebut dianggap sebagai bagian dari strategi "anti-terorisme" untuk menghadapi gerakan Al-Qaeda yang juga mendapatkan tempat di Somalia dan mengundang para simpatisan gerakan tersebut dari berbagai penjuru dunia.
Dalam sebuah konferensi pers, Presiden Ahmad mengatakan bahwa jika pemberitaan New York Times tersebut benar adanya, maka pihaknya akan menyambut dengan tangan terbuka, demikian dilansir oleh Reuters.
AS amat resah dengan hubungan antara Somalia dan Yaman. Para gerilyawan bergerak mengitari kawasan Laut Merah. Seorang pengamat Somalia menyebut hal itu sebagai "program pertukaran Al-Qaeda"
Sebagian besar bantuan militer AS untuk pemerintahan Somalia difokuskan pada pelatihan, atau disalurkan melalui penjaga perdamaian Uni Afrika. Namun, hal itu bisa saja berubah. Seorang pejabat AS di Washington, yang mengatakan bahwa dirinya tidak diizinkan untuk berbicara kepada publik, memprediksi bahwa pasukan terselubung Amerika dapat dilibatkan dalam serangan tersebut.
"Yang akan terlihat adalah serangan udara dan serbuan pasukan khusus," kata pejabat tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, para penasihat Amerika membantu mengawasi pelatihan pasukan Somalia yang akan diterjunkan dalam serangan tersebut, meski sejumlah pejabat AS mengatakan bahwa hal itu merupakan bagian dari kelanjutan program untuk "membangun kapasitas" militer Somalia. Mereka juga mengatakan bahwa tidak ada peningkatan bantuan militer untuk operasi yang akan datang.
AS selama ini memberikan latihan terselubung kepada para agen intelijen Somalia, memberikan bantuan logistik untuk pasukan penjaga perdamaian, mendukung pergerakan mereka, memberikan informasi pengintaian mengenai posisi akhir gerilyawan, dan memberikan pasokan dana untuk membeli senjata dan amunisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar