(ANTARA News/AFP) - PBB menekankan, Kamis, sebuah laporan  mengenai tuduhan kejahatan perang di Sri Lanka tetap akan disiarkan  secara lengkap dan menolak tuntutan pemerintah Kolombo agar menahan  penerbitan laporan itu.
"Kami tetap berniat menerbitkan laporan panel ahli mengenai Sri  Lanka secara lengkap dan tanpa perbaikan," kata wakil juru bicara PBB  Farhan Haq pada jumpa pers.
Ia menambahkan, pembicaraan masih dilakukan dengan pemerintah Sri  Lanka menyangkut tawaran untuk menambahkan komentar mereka pada laporan  itu mengenai tuduhan kematian puluhan ribu orang ketika pasukan  pemerintah meluncurkan ofensif final untuk menumpas pemberontak Macan  Tamil pada 2009.
Menteri Luar Negeri Sri Lanka G. L. Peiris sebelumnya meminta  Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tidak mengeluarkan hasil pengkajian  yang dilakukan panel ahli yang menyelidiki tuduhan pelanggaran hak asasi  manusia dan kejahatan atas kemanusiaan selama perang etnik yang  berakhir pada 2009. Ia menyebut laporan itu sebagai "tidak masuk akal".
"Penerbitan laporan ini akan menimbulkan kerusakan yang tidak  bisa diperbaiki pada upaya-upaya rekonsiliasi Sri Lanka. Itu akan  merusak sistem PBB pula," kata Peiris kepada wartawan di Kolombo.
PBB menyatakan bahwa laporan itu akan dikeluarkan secepat mungkin  namun tidak menyebutkan tanggalnya dan tidak memberikan petunjuk  mengenai batas waktu.
Menurut bagian-bagian laporan itu yang dibocorkan pada media Sri  Lanka pada akhir pekan, ada tuduhan "terpercaya" bahwa pasukan  pemerintah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan dalam  operasi final untuk mencapai kemenangan atas pemberontak Macan Tamil.
Laporan PBB itu mengatakan, tuduhan mengenai serangan terhadap  warga sipil patut diteliti secara serius dan mereka yang bertanggung  jawab diadili.
Macan Tamil juga dituduh menggunakan warga sipil sebagai tameng  manusia dan membunuhi mereka yang berusaha melarikan diri dari zona  perang.
Menurut perkiraan PBB, sedikitnya 7.000 warga sipil tewas dalam  ofensif final pasukan Sri Lanka terhadap Macan Tamil yang dikalahkan dua  tahun lalu.
Sri Lanka membantah segala tuduhan kejahatan perang dan menolak seruan-seruan bagi penyelidikan internasional.
Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya  konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas  sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka,  Velupillai Prabhakaran.
Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik  etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang  dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan  pembunuhan.
Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa  Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri  Lanka.
Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua  deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala  intelijen LTTE Pottu Amman.
Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra  Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap  politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah  tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.
Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak  pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.
Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga  menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan  Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari  daerah-daerah yang masih mereka kuasai.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE  meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan  senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil  dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke  zona-zona pertempuran.
PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik  separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka  dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil  merdeka.
Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri  Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di  provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas  penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar