Jumat, 22 April 2011

Perang Saudara Pantai Gading Meletus

Abidjan -  Dua kelompok pasukan yang setia kepada dua orang yang mengklaim diri mereka sebagai presiden Pantai Gading, bentrok di jalan-jalan ibukota, Kamis (16/12) lalu.

Bentrokan bersenjata tersebut menewaskan sedikitnya 20 orang dan memperkuat kekhawatiran bahwa negara tersebut berada di ambang perang saudara berikutnya.

Suara ledakan dan tembakan terdengar di seluruh ibu kota Abidjan, yang dulu dikenal sebagai "Parisnya Afrika".



Sebuah granat yang ditembakkan melalui peluncur roket mengenai dinding perimeter luar Kedutaan Besar Amerika Serikat, namun tidak ada korban luka dan hanya menimbulkan kerusakan kecil, ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri, PJ Crowley, di Washington.

Negara Pantai Gading saat ini memiliki dua presiden dan dua pemerintahan sejak terjadinya sengketa pemilu 28 November lalu, yang menghasilkan Alassane Ouattara sebagai pemenang. Terpilihnya Quattara disahkan oleh komisi pemilu Pantai Gading serta diakui oleh PBB, Amerika Serikat, Perancis dan Uni Afrika, dan presiden sebelumnya Laurent Gbagbo, sebagai pecundang.

Keesokan harinya, dewan konstitusional bentukan Gbagbo membatalkan hasil pemilu, dengan menyatakan bahwa sekitar setengah juta suara milik Ouattara tidak sah.

Crowley mengatakan sebuah delegasi gabungan dari Uni Afrika dan Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat di Abidjan menyerukan "untuk terus mendorong Presiden Gbagbo agar segera mundur."

Pertumpahan darah di Abidjan adalah bagian dari resiko mendorong pihak Ouattara untuk menguasai lembaga negara setelah pemilu, yang diharapkan akan menyatukan kembali negara Afrika Barat itu, setelah perang saudara 2002-2003.

Amnesty International memperingatkan pergolakan di seluruh daerah "belum pernah sebegitu dekatnya dengan kemungkinan kembalinya perang saudara."

"Setiap upaya harus dilakukan untuk mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut," kata kelompok tersebut.

Suara tembakan dan ledakan yang tidak diketahui asalnya terdengar selama 30-45 menit di jalan-jalan di luar Hotel Golf yang dilindungi PBB, tempat di mana Ouattara menjalankan aktivitas kepresidenannya. Sedangkan Gbagbo mengatur pemerintahan dari istana presiden.

Bentrokan antara dua kesatuan militer itu meletus, saat pasukan pendukung presiden terpilih, Ouattara, mencoba untuk menyingkirkan penghalang jalan di dekat hotel, ungkap penasehat komunikasi Ouattara, Massere Toure, kepada The Associated Press.

Wakil juru bicara PBB, Farhan Haq, mengatakan mortir dan senjata berat lainnya digunakan dalam pertempuran itu.

Ia mengatakan PBB telah mengirimkan hampir 800 personel militer dan polisi dan delapan unit kendaraan pengangkut personel lapis baja di Hotel Golf untuk menjaga keamanan, bersama-sama dengan pasukan Prancis dan pasukan pendukung Quattara. Pihak PBB telah memberikan suplai air bersih, generator dan bahan bakar di hotel tersebut, tambahnya..

Menteri pendidikan pemerintah Gbagbo, Jacqueline Oble, dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi negara, membenarkan bahwa sebanyak 20 orang telah tewas dalam bentrokan. Ia menambahkan, bahwa 10 orang dari mereka yang tewas adalah petugas polisi yang ditembaki para demonstran.

Sedangkan seorang politisi oposisi senior, Amadou Coulibaly, mengatakan setidaknya terdapat 30 orang korban tewas.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, telah memperingatkan bahwa keadaan tersebut dapat memicu terjadinya perang saudara baru.

PBB meminta semua pihak untuk menahan diri dan tetap tenang. Perwakilan khusus Sekjen PBB, Choi Young-jin, telah melakukan kontak dengan kedua belah pihak untuk mencoba menenangkan situasi.

Polisi anti huru-hara menembakkan peluru dan gas air mata untuk membubarkan para demonstran di beberapa bagian kota.

Kekerasan mengakibatkan aktivitas bisnis di Abidjan berhenti. Bisnis ditutup dan warga yang ketakutan tinggal di dalam rumah. Jalan-jalan sepi, hanya ada tentara dan polisi, yang juga menggunakan pentungan untuk memukul mundur para demonstran, beberapa di antaranya melemparkan batu dari atap rumah ke arah pasukan keamanan.



Kekerasan serupa terjadi di distrik Cocody. Di luar markas koalisi oposisi, polisi dengan menggunakan kendaraan lapis baja menembaki kerumunan ratusan demonstran, sehingga melukai tiga orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar