Saya sempat terkejut saat diberitahu inner circle  saya yang dekat dengan kalangan militer. Ia mengatakan ada sejumlah  agen rahasia asing beroperasi di Indonesia. Dua yang ia sebut, katanya  berasal dari CIA dan Mossad. Dan agen-agen ini katanya sudah lama ada di  negeri kita, menyamar dengan aneka profesi. Salah satunya bahkan jadi  pedagang kain selama puluhan tahun di Tanah Abang. 
Tapi, itu katanya.
Tidak bisa dikonfirmasi sama sekali. Dan kebenarannya sebatas rumor.
Namun beda halnya dengan heboh buku Membongkar Kegagalan CIA (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Menurut penulisnya -Tim Weiner-, ia  memiliki sejumlah bukti otentik berupa dokumen tertulis dari CIA  sendiri. Selain itu juga ia melakukan riset mendalam dan mewawancarai  sejumlah narasumber penting. Tentu saja, apa yang ditulis buku itu bukan  sekedar rumor belaka seperti cerita teman saya tadi. 
Sebenarnya buku terjemahan dari karya asli berjudul Legacy of Ashes: The History of CIA  itu sudah cukup lama terbit dan nongkrong di toko buku begitu saja.  Menjadi kehebohan saat resensi buku tersebut muncul di harian Kompas  edisi Minggu, 23 November 2008 lalu. Dalam resensi yang ditulis Julius  Pour -wartawan senior Kompas- itu, disebut-sebut peran Adam Malik yang  katanya agen CIA.
Barulah setelah itu orang  ramai-ramai memburunya. Komentar pro-kontra pun bermunculan. Terutama  tentang keterlibatan Adam Malik dalam operasi CIA di Indonesia.  Pemberitaan di media massa terutama televisi, makin memperbesar efek  bola salju kepopuleran buku itu. Tentu saja, akibatnya buku yang dicetak  5.000 eksemplar itu laku keras hingga dicetak ulang.
Saya tidak ingin membahas konflik soal Adam Malik. LifeLearner bisa membaca soal ini di berbagai media.
Saya justru hendak membicarakan  mengenai rahasia CIA dan posisi Indonesia. Dalam soal ini, sudah banyak  buku yang membahasnya. Baik dari analis luar maupun mantan agennya  sendiri. Tentu saja, pembahasan tidak bisa terlalu mendalam karena  namanya saja dinas rahasia, tentu saja banyak informasi yang tidak bisa  diakses publik. Ini tentu terkait dengan kepentingan dan keamanan dalam  negeri A.S. yang harus dilindungi.
Akan tetapi, ada sejumlah aturan  yang mengharuskan pemerintah A.S. untuk membuka dokumennya yang terkait  kebijakan publik yang bersifat rahasia. Aturan itu antara lain adalah  the Freedom Of Information Act (FOIA) 1966 dan the Privacy Act 1974.  Jadi, semua institusi pemerintah A.S. di semua sektor harus membuka  dokumen termasuk arsip surat-menyuratnya, betapa pun rahasianya. Hanya  saja, tetap ada pengecualian terhadap hal-hal yang terkategori “top  secret” atau tidak terkait kebijakan publik. Intinya, tidak boleh  menabrak National Security Act 1947 dan aturan khusus lain semisal the  CIA Information Act. 
Keterlibatan A.S. dan CIA  sebenarnya memang benar-benar pernah terjadi. Untuk menggulingkan  Soekarno, CIA pernah mendukung pemberontakan PRRI/Permesta tahun  1955-1958. Guna mendukung pemberontakan ini, CIA mengirimkan logistik  melalui udara. Sialnya, pesawat pembawa logistik berhasil ditembak oleh  artileri pertahanan udara TNI AU. Pilotnya Allen Pope berhasil  ditangkap. Ternyata dia seorang agen CIA. Pemerintah Soekarno lalu  menggunakannya sebagai alat penekan dan memperkuat posisi tawarnya. CIA  pun menarik dukungannya dari PRRI/Permesta. Pemberontakan pun berhasil  ditumpas secara militer dengan Operasi 17 Agustus yang dipimpin Kolonel  Achmad Jani (di kemudian hari menjadi Jenderal dan menjabat Men/Pangad.  Dibunuh dalam peristiwa 30 September 1965). Operasi ini didukung Operasi  Merdeka dan Operasi Tegas berupa penggelaran pesawat, pemboman dan lintas udara di daerah operasi oleh TNI AU.  
Namun, justru keterlibatan CIA  dalam operasi klandestin-lah yang banyak dipertanyakan. Termasuk yang  paling heboh adalah revolusi anti Soekarno sebagai epilog peristiwa 30  September 1965. Dalam peristiwa berdarah tersebut, yang akhirnya  menaikkan Soeharto sebagai presiden, disebut-sebut pula peran CIA. Buku  lain yaitu Peran CIA Dalam Penggulingan Soekarno karya Peter Dale Scott juga pernah memuat soal sangkaan ini. Bagaimana kebenarannya? Tidak ada konfirmasi.
Hanya saja, dari semua keterlibatan  CIA baik terbuktikan maupun tidak, semestinya kita sebagai bangsa sadar  betapa strategisnya bangsa ini. Kalau Anda perhatikan, Amerika Serikat  memiliki begitu banyak properti di Indonesia. Kedutaan Besarnya saja  memiliki sejumlah lokasi di Jakarta saja. Belum lagi  perusahaan-perusahaannya termasuk di bidang pertambangan dan  perminyakan. Ini menunjukkan kepentingan mereka di sini besar. 
Posisi Indonesia jelas dipandang  penting oleh A.S., hanya saja dalam diplomasi internasional seolah  dipandang remeh. Padahal, kita tidak bakalan jadi anggota G-20 dan APEC  kalau tidak dipandang penting. Ingat lho, di bumi ini ada lebih dari 180  negara berdaulat. Dan kita bisa duduk sejajar dengan negara-negara maju  itu dalam forum tersebut. Maka, jelas sekali posisi Indonesia amat  penting.
Cuma pemimpin kita sayangnya sering  kurang pe-de. Saya pernah menulis beberapa hari lalu saat menulis soal  G-20. Posisi penting Indonesia ini kurang dimainkan agar dapat  bermanfaat bagi negara. Padahal, ada rumor kalau siapa pun yang berminat  jadi Presiden Indonesia mendatang biasanya akan ‘sowan’ ke Presiden  A.S. dulu. Katanya sih untuk dapat restu. Tapi apa itu benar, lagi-lagi  cuma rumor. Yang bukan rumor cuma posisi kita yang jelas penting bagi  A.S. Ya tho? 
sumber : bacaan, resensi buku, dan Google. 
artikel yg bagus gan
BalasHapus