Jumat, 29 April 2011

Kerusuhan SAMPIT (part 2)

 Bersambung dari kerusuhan-sampit-part-1

Berada di atas angin, pasukan Dayak lalu melebarkan serangan ke berbagai kota Kecamatan Kotawaringin Timur. Sasaran pertama, Samuda, ibu kota Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, dan Parebok yang banyak dihuni warga Madura. Samuda dan Parebok jadi sasaran setelah Sampit karena banyak tokoh Madura tinggal di daerah itu. Di Parebok juga ada Ponpes Libasu Taqwa.
Ponpes yang diasuh Haji Mat Lurah ini juga dijadikan tempat berlindung banyak warga Madura. Warga Madura di kecamatan lain pun tidak lepas dari buruan. Misalnya, Kuala Kuayan. Ratusan korban jatuh dengan kepala terpenggal. Kini, warga Dayak praktis menguasai hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Kecuali Pangkalan Bun. Kota ini aman karena hampir tak ada warga Madura yang tinggal di semua kota kecamatan. Penghuninya, saat itu, banyak yang lari menyelamatkan diri ke hutan, baik Palangkaraya, Sampit, maupun Samuda.

Bohong, kalau Gubernur Kalteng Asnawi Agani mengatakan orang Madura yang tewas 200 orang, meskipun itu informasi yang datang dari Posko Sampit. Hal ini dikatakan sejumlah orang Madura yang ikut naik KRI Teluk Ende 517. Dalam pelayaran menyusuri Sungai Mentaya (70 km), ABK dan pengungsi bisa melihat puluhan mayat yang mengapung di sepanjang sungai, dan sejumlah bangunan rumah warga Madura dan Pasar Sampit/Pasar Ganal yang tinggal temboknya yang hangus.
Dikatakan seorang pengungsi yang bekerja di penggergajian kayu, PT Sempagan Raya Sampit, Abdul Sari (30), bahwa yang tampak di sungai saja ada puluhan yang mengapung dan tersangkut di pinggir. Sementara yang hanyut dan tenggelam lebih dari 200 warga etnis Madura. "Ini baru yang di sungai, belum yang terserak di pinggir sepanjang Jl. Masjid Nur Agung saja tidak kurang dari 200 mayat," katanya.


Sementara di Jl. Sampit Pangkalan Bun, saat ini masih banyak mayat yang bergelimpangan di tepi jalan. Mayat-mayat itu hanya ditutupi dengan batu koral yang dibungkus karung sak. Tidak ada yang menolong untuk dimakamkan, kami tidak mungkin untuk melakukan itu. Sedang untuk bisa lolos dari kejaran dan tebasan mandau Dayak saja sudah bersyukur.
Abdul Sari juga mengatakan, sekarang pasukan Dayak tidak lagi membedakan siapa yang akan dibunuh. Awalnya yang diserang hanya etnis Madura, tapi kini semua pendatang, termasuk orang Jawa, dan Cina. Mereka bukan hanya ditebas lehernya saja, tapi juga dipenggal jadi beberapa potong.
Di mata etnis Madura, polisi setempat sudah kehilangan kepercayaannya lagi. Mereka (warga etnis Madura) mengaku, siangnya di sweeping dan senjatanya disita petugas, dan mereka (petugas) mengatakan, semua sudah aman dan tidak ada apa-apa lagi. Maka warga etnis Madura di Jl. Sampit Pangkalan Bun tenang-tenang saja dan percaya pada petugas. Ternyata malamnya diawali dengan suara kuluk,... kuluk,... kuluk,... sebentar kemudian pasukan Dayak muncul dan membunuhi warga Madura. Tidak ada yang tersisa, mereka yang menyerah maupun yang lari dibunuh. Umumnya mereka diserang pada malam hari, ratusan Dayak dengan suara kuluk..., kuluk..., sambug-menyambung muncul dari segala penjuru.


Esoknya warga etnis Madura mati mengenaskan dengan badan tanpa kepala lagi. Parebuk Menurut warga etnis Madura yang ikut KRI Teluk Ende, Sopian (56), warga yang banyak mati dari daerah Parebuk, Semuda. Karena warga Madura yang ada di sini tidak menghindar tapi melakukan perlawanan sengit. "Saat ini di sana yang tersisa tinggal wanita dan anak-anak," kata Sopian.
Sopian yang datang ke pengungsian dengan jalan menyusuri sungai mengatakan, dia berjalan sambil sembunyi-sembunyi di antara pohon hutan yang cukup lebat. Ternyata setelah 7 hari di pengungsian ia hanya melihat beberapa warga Madura dari Semuda. Berarti ada sedikitnya 500 orang Madura yang tewas melawan Dayak di Semuda. "Kalau masih hidup seharusnya perjalanan mereka tidak lebih dari satu atau dua hari saja," kata Sopian.
Sopian bersama pengungsi lain yang ada di pengungsian pun mengaku masih dibayang-bayangi pasukan suku Dayak. Bahkan ada isu bahwa kamp pengungsian di halaman Pemda Sampit akan diserbu oleh Dayak. Hal ini membuat warga Madura yang ada di pengungsian menjadi resah, di samping mereka sudah ketakutan, juga mereka sudah tidak memiliki senjata lagi.
Menurut Kilan, sejumlah orang Dayak membawa mayat orang Madura dengan geledekan keliling kota. Tidak sampai di situ, geledekan yang berisi orang Madura ditinggal begitu saja di depan Polres Sampit, Jl. Sudirman. Kekesalan warga Madura terhadap oknum polisi di Polsek Jl. Ba Amang Tengah semakin menjadi, seperti yang diungkapkan oleh Somad yang mendatangi kantor Polsek. Ia minta perlindungan setelah dikejar-kejar oleh sekitar 50 Dayak, Somad minta diantar ke tempat pengungsian. Kapolsek bukannya menolong tapi justru memanggil Dayak yang ada di sekitar situ. Somad mengaku lari ke belakang, dengan melompat lewat pintu belakang Polsek ia akhirnya lolos lari ke semak-semak. Ia sempat merangkak sejauh 300m sebelum lepas dari kejaran Dayak dan lari ke hutan. Dari hutan ini ia menyusuri tepian hutan dan akhirnya sampai ke tempat pengungsian. Ia pun bersyukur karena bisa ketemu dengan anak istrinya.


Seorang pengungsi, Choiri (40), dari Pasuruan mengatakan, ada peristiwa yang sangat mengenaskan dari daerah Belanti Tanjung Katung, Sampit. Sebanyak 4 truk pengungsi Parengkuan yang dibawa oleh orang yang mengaku petugas dengan mengatakan akan dibawa ke tempat penampungan pengungsi di SMP 2, akhirnya dibantai habis. Ternyata mereka yang mengaku petugas adalah pasukan Dayak, orang Madura disuruh turun dan dibantai. "Jika tiap truk berisi 50 pengungsi berarti ada 200 pengungsi yang tewas dibantai," kata Choiri.
Choiri mengatakan, yang dibantai itu semuanya wanita dan anak-anak. Begitu jemputan yang kedua tiba, yang diangkut adalah orang laki-laki dewasa, justru mereka selamat tidak di tempat pengungsian karena dikawal oleh Brimob dari Jakarta.
Liar Pengakuan seorang pengungsi, Titin (19), asli Lumajang, yang tinggal di Jl. Pinang 20 Sampit mengatakan, suaminya yang asli Dayak Kapuas yang kini ikut pasukan Dayak. Ia menceritakan, suaminya pernah bercerita padanya, mengapa orang Dayak menjadi pandai berkelahi dan larinya cepat bagai kijang. Awalnya suaminya enggan menjadi pasukan Dayak untuk membunuhi orang Madura. Tapi karena dihadapkan pada satu di antara dua pilihan, jadi pasukan atau mati, terpaksa suaminya memilih jadi pasukan Dayak. Saat itu ia disuruh minum cairan yang membuatnya ia menjadi berani, kemudian alisnya diolesi dengan minyak yang membuat ia melihat bahwa orang Madura itu berwujud anjing dan akhirnya harus diburu dan dibunuh. Makanya orang Dayak tidak punya takut, tidak punya rasa kasihan, ini menurut Titin karena sudah diberi minuman dan olesan minyak tertentu. Sehingga mereka mirip dengan jaran kepang yang sedang kesurupan, mungkin mereka kerasukan roh nenek moyangnya dan membunuh sesuai dengan perintah panglima perang suku Dayak.

Analisa

Prof H.K.M.A Usop, mantan Rektor Universitas Palangkaraya yang kini sebagai Ketua Presedium Lembaga Musyawarah Dayak Daerah Kalimantan Tengah (KPLMDDKT), mengakui kalau banyak pelanggaran, tindakan kriminal yang merugikan harta dan nyawa orang Dayak. Sebetulnya, setiap kali terjadi bentrok selalu diakhiri perdamaian. Tapi, setiap kali pula warga Madura melanggarnya. Begitu seterusnya. "Paling tidak sudah ada 15 kali perdamaian. Tapi, hasilnya sama selalu dilanggar warga Madura," kata Usop saat pertemuan tokoh masyarakat Dayak dengan DPRD Kalteng. Bahkan, saat pembuatan jalan Palangkaraya-Kasongan terjadi bentrok Dayak-Madura, tepatnya di Bukit Batu tahun 1983. Setelah bentrokan reda, dibuatlah perdamaian antara tokoh Dayak dengan tokoh Madura. Ada satu poin penting dalam perjanjian itu. Yakni, Warga Madura dengan sukarela akan meninggalkan Kalimantan Tengah jika melakukan pertumpahan darah terhadap warga dayak. Tapi, berkali-kali ada pertumpahan darah warga Madura jangankan pergi tapi makin banyak berdatangan ke Kalimantan. "Dokumen itu yang kini sedang kami cari," tambha Usop.

Menurut Dr Thamrin Amal Tomagola, sosiolog dari Universitas Indonesia, ada empat faktor utama akar konflik di Kalimantan, yaitu;

1. Terjadinya proses marginalisasi suku Dayak. Pendidikan yang minim dan sedikitnya warga Dayak yang bisa menikmati pendidikan mengakibatkan sedikitnya warga Dayak yang duduk di pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah lebih banyak di pegang oleh warga pendatang.

2. Penempatan transmigran di pedalaman Kalimantan yang mengakibatkan singgungan hutan. Hutan bagi masyarakat Dayak adalah tempat tinggal dan hidup mereka. Ketika transmigran ditempatkan di pedalaman Kalimantan, dan mereka melakukan penebangan hutan, kehidupan masyarakat Dayak terganggu. Sejak tahun 1995 para transmigran di tempatkan di pedalaman Kalimantan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu menempatkan transmigran di pesisir. Para pendatang baru inilah, yang dikenal keras dan pembuat masalah, tidak seperti pendatang-pendatang sebelumnya. Selain soal transmigrasi, pemerintah juga telah memberikan keleluasaan bagi para pengusaha untuk membuka hutan melalui HPH.

3. Masyarakat Dayak kehilangan pijakan, terganggunya harmoni kehidupan masyarakat Dayak mengakibatkan masyarakat Dayak kehilangan pijakan. Kekuatan adat menjadi berkurang. Kebijakan-kebijakan pemerintah telang menghilangkan/mengurangi identitas mereka sebagai masyarakat adat.

4. Hukum yang tidak dijalankan dengan baik mengakibatkan banyaknya terjadi tindak kekerasan dan kriminal yang dibiarkan. Proses pembiaran ini berakibat pada lemahnya hukum dimata masyarakat, sehingga masyarakat menggunakan caranya sendiri untuk menyelesaikan berbagai persoalan, diantaranya dengan menggunakan kekerasan.

57 komentar:

  1. semoga tidak terulang sob!
    bhineka tunggal ika!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan ada lagi presiden guoblooooook..!!!

      Hapus
  2. Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit DIJUNJUNG!!! PUTRA BENUAQ SIAP BEBUKAH!!!

    BalasHapus
  3. NGAPAIN SIH DIBAHAS? SUDAH DAMAI! ADA PERJANJIANNYA!
    ASAL TAU TIDAK ADA ASAP KALAU TIDAK ADA API :)

    BalasHapus
  4. orang madura terkenal keras dan mungkin juga egois.
    namun kadang kala mereka juga sangat baik.
    tapi betul juga.
    seharusnya orang madura bisa menjaga sikap ketika berada di kampung orang.

    BalasHapus
  5. madura memang di mana saja kelakuannya gk bisa di jaga..!

    BalasHapus
  6. sekarang udah banyak warga madura berdatangan di Palangkaraya & sampit...
    kayanya mereka kurang puas ingin mengacaukan KALTENG....
    Kami sebagai warga DAYAK asli di KALTENG,
    JIKA ANDA SOPAN KAMI PUN SEGAN

    BalasHapus
  7. Bhinneka Tunggal Ika, jangan sekali kali kita lupakan. Yang lalu biarlah berlalu, mari kita bangun masa depan yang lebih baik..

    BalasHapus
  8. jika anda menghormati suku lain maka anda akan dihormati suku lain juga...

    BalasHapus
  9. madura memang sepantasnya di bunuh

    soalx mereka selalu bersikap sewenang2.




    Salam anak Kutai banjar

    BalasHapus
  10. sdah bgus d'tnggl brsma d'smpit mlah m'olah gara2,pha lg dak menjdikan smpit,sampang kedua.
    bgus bnar kelakuan madura...
    d'ingat to jgn smpai terulang lg.wasalam
    dr ank kalteng sampit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mulai lagi wahini buhan kekanakan madura pina jagau di sampit smpai wani memukuli lagi

      Hapus
  11. Balasan
    1. Saya orang jawa..ayo bs ktmu dngan anda di mana.

      Hapus
    2. Reka lubis@ anda punya mulut ϑϊ˚ jaga. Anda lihat ϑϊ˚ pulau jawa? Berbagai suku ada ϑϊ˚ sana, org jawa merantau ϑϊ˚ manapun tdk perna bikit ulah. Provokator kyk anda alangkah baikx cpt sadar. Jgn karna mulutmu indonesia kacau. Ato anda mati saja

      Hapus
  12. Balasan
    1. Seharusnya anda lebih bijak dalam berkomentar, karna rasis dan kata2 provokatif seperti ini yg bisa menimbulkan kerusuhan sara, saya orang jawa yg hidup dikalimantan dan semua baik2 saja karna saya bisa membawa diri and good relationship, begitu pula dengan teman2 saya dijawa yg berasal dari kalimantan, kita baik2 saja..ini indonesia dengan beragam suku dan budaya, ini bumi pertiwi seluruh warga indonesia, saya berharap semua bisa hidup damai berdampingan.

      Hapus
    2. reka lubis seharusnya anda santun dalam berkomentar

      Hapus
    3. hai provokator kamu nggak tahu sejarah nya orang jawa yang mempersatukan nusantara itu siapa kalau ndak orang jawa maha patih GAJAH MADA sampai sekarang pucuk pimpinan nya juga dari jawa tentaranya juga kebanyaan dari jawa .minta cerita pada nenekmu dulu baru ngomong cok....

      Hapus
    4. Aduh ibu saya sunda belanda, ayak saya cina dayak. Saya tinggal di tanah Jawa. Tolong dong jangan gitu.. saya anak Kalimantan juga dari kecil diajarkan budaya dayak yg santun dan kuat. Tapi saya belajar ramah tamah dan ulet dari orang Jawa. Tidak ada loh sangkut pautnya Jawa dengan Madura. Jadi kalau disini Madura yg berulah tentu Jawa tidak ikut2an dong. Salam damai, Putri Dayak Banuaq

      Hapus
    5. Saya keturunan jawa asli sedih bangett membaca kalimat kamu.. Segitu bencinya pada kami.

      Hapus
    6. reka lubis INI YANG PERLU DI USIR DARI NKRI.....KARENA PERSIS PKI

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. artikel nay mohon jangan banyak ditambah dan kurangi dengan fakta yang terjadi

      Hapus
    2. artikel nay mohon jangan banyak ditambah dan kurangi dengan fakta yang terjadi

      Hapus
  14. om santi santi santi om /tuhan...damai damai damai tuhan

    BalasHapus
  15. emang madura asu,, kongsi bisnis sama orang madura, gw yang harus ikut aturannya dia... padahal modal 100% dari gw dan ketika udah jalan pun gw yang lebih banyak terlibat di operasional, ujung-ujungnya gw tinggal

    BalasHapus
  16. Buat reka lubis@ anda punya mulut ϑϊ˚ atur .sy org jawa asli. Setahu sy org jawa merantau ϑϊ˚ mana2 tdk perna bikin ulah. Bgitupun sbalikx. Θϊ˚ pulau jawa berbagai suku tinGgal ϑϊ˚ jawa, org jawapun tdk merasa ϑϊ˚ jaja. Kita ini bineka tunggal ika. Satu ras hdp ϑϊ˚ bumi qta. Tinggalkan mulut provokator binatang anda

    BalasHapus
  17. reka lubis_hai lae jangan asal cakap kau lae macam orang tak beragama saja kau bah bukannya menjaga kerukunan malah mau provokasi memalukan orang batak saja kau cok

    BalasHapus
  18. Hai kau lubis marga batak jgn provokator.. Saya asli dari suku banjar tersinggung dengan postingan anda..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih reka lubis kalo gitu terus apa kabar gue dong yg darahnya campur2 gitu. Kalo gitu gue pasti diusir sana sini dong ah bego nih.

      Hapus
  19. Saya asli sunda, kalian adalah saudara2 saya, yuk kita bersilaturahmi...

    BalasHapus
  20. Lhaaa..

    Ibu saya Dayak Tulen Bapak saya Jawa tulen

    masa saya ga bisa pulang kampung ke Kalimantan..?

    emangnya lo yah reka lubis yg punya aturan/ijin para suku2 tertentu tinggal dimana?

    disini konfliknya Madura, bukan Jawa..

    Ada baiknya km ralat komentar lo..

    Putra Dayak Iban

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam warga dayak, gw menghormati keluaga besar dayak iban, ULUH ITAH KIA , bersatu membangun persatuan dayak
      soal nya rmah gw di baamang

      Hapus
  21. MADURA ANJING ..SUKU BIADAB INI JUGA UDA MULAI NANTANG2 ORANG BETAWI ...BAJINGAN KEPARAT,,GUA BACOK LU NANTI....MADURA RAS SETAN BANGSAAAAAAAAAAAAT...

    BalasHapus
  22. WAHAI WARGA IBU KOTA MARI BERSATU PADU KITA BANTAI MADURA SAMPE KEAKAR AKARNYA.....KEPARAT SIALAN.....FBR DAN FORKABI SIAP JADI SPONSOR GENOSIDA MASSAL RAS MADURA DAJJAL INI.....CUUUIIIHHH MADURA TAI LUH

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik adanya bila kita pertegas dan perkuat ikatan kewargaan dan kekeluargaan dimanapun kita berada, siapapun itu yg akan/telah berbuat onar (pendatang/pribumi) ditegaskan hukum kesepakatan, bila aparat tak mampu menjadi wadah penyelaras kehidupan bermasyarakat...
      Salam supel...

      Hapus
    2. Lucu :3
      Dalam semua komentar2 ini ada 2 jenis golongan manusia yang saya lihat.
      Pertama, golongan negatif yang hanya berkomen untuk memicu reaksi dari orang lain atau saya boleh kata, provokator kerusakan. Kalian ini lucu sekali, coba kalau ini bukan forum dunia maya mungkin kalian sudah tidak ada.. Haha
      Kedua, golongan positif yang berusaha mendamaikan. Saya acungkan jempol dan respect saya sepenuhnya bagi yang berpikir dengan pandangan perdamaian. Kalian lah warga indonesia sejati. Salute

      Hapus
  23. bikin aturan yg tegas dan keras agar tidak adalagi pendatang2 dari madura ke jakarta ...agar tidak adalagi bentrokan keras dengan warga betawi

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul itu gan ,,,madura sebaiknya madura jangan dikasih ijin masuk jakarta,,,soalnya kalo ada konflik di ibukota nanti investor gak jadi masuk....madura emang suku sialan...bikin gara2 terus ...gak ada sadar2nya...najis..cuuiiihh.

      Hapus
  24. Bangga Menjadi Suku Dayak yang memnjunjung tinggi martabat dan kampung halaman yang ingin di jadikan jamban(sampang) bagi warga madura!!!
    warga dayak bersatu membangun kalimantan tengah

    BalasHapus
  25. reka lubis anda tdk spatutnya ngomong sperti itu
    saya orang jawa
    maaf saya dri kecil sudah di ajarkan toto kromo
    masak orang jawa di usir/di bantai juga
    orang jawa kalem,tau adat, g sewena" di kota orang.

    BalasHapus
  26. yg bajingan itu suku madura ..coba dong jawa jgn dibawa2..jawa timur aja udah dikuasai madura...madura emang binatang....

    BalasHapus
  27. jadikan jakarta sampit ke dua.....

    BalasHapus
  28. usir semua suku madura dari NKRI tercinta

    BalasHapus
  29. MADURA YAHUDINYA INDONESIA....LAYAK DIBANTAI...DARAH MEREKA HALALL

    BalasHapus
  30. potongin aja sih ..madura aqnjing

    BalasHapus
  31. Madura dimana2 memang gtu...sok jagoan gk ada jeranya.

    BalasHapus
  32. Hukum adat kayau & ritualnya ditetapkan oleh para Tetua Adat (Damung Adat, Mantir Adat, Balian Adat) dengan 3 unsur pertimbangan : 1. Darah telah tumpah di tanah Borneo. 2. Roh leluhur/Roh Kepala Adat Suku Dayak yg sangat dihormati telah dihina & dilecehkan. 3. Pelaku yg menumpahkan darah di tanah Borneo tdk mendapat hukuman yg setimpal ditinjau dari sudut hukum adat dayak.
    Hukum Adat Kayau berlaku bagi siapa saja yg berdiam di tanah Borneo bahkan berlaku utk suku dayak itu sendiri. Ini pernah terjadi di jaman dulu di mana para tetua suku dayak hulu menetapkan hukum adat kayau kepada suku dayak hilir karena suku daya hilir telah melakukan 3 unsur tsb kepada suku dayak hulu. Dalam hukum adat kayau yg di kayau hanya kelompok yg telah melakukan 3 unsur tsb. Tetapi dalam pelaksanaan kayau, sering kali terjadi, org-org yg tdk ikut melakukan ritual adat mengayau yg dipimpin Balian Adat, malah ikut melakukan kayau karena mempunyai dendam terhadap suku/kelompok yg dikenakan hukum adat kayau. Sehingga terjadilah hal-hal yg diluar kendali dari hukum adat kayau tsb.
    Ritual adat sebelum mengayau disebut Nyaru Tariu & dilakukan di Pandagi (tempat yg dianggap keramat) bukan DI SEMBARANG TEMPAT. Org-org yg ikut dalam ritual Nyaru Tariu setelah selesai ritual akan kerasukan & org yg tdk sanggup malah bisa pingsan. Org yg kerasukan setelah ritual ini akan mempunyai sifat sangat sadis & tdk mengenal rasa takut (ini yg disebut oleh dunia sebagi Ghost Warrior atau ada yg menyebutnya Pasus Dayak) apa pun itu namanya. Bahkan dalam kejadian kayau yg dilakukan dayak hulu seperti tsb di atas, tdk cuma memenggal kepala tapi jantung & hati para tetua adat dayak hilir telah dimakan mentah dalam keadaan masih berlumuran darah. Ini tdk akan sanggup dilakukan oleh manusia manapun apabila dalam keadaan sadar.
    Org-org yg telah kerasukan dalam ritual Nyaru Tariu di Pandagi secara fisik dapat dilihat dengan ciri-ciri : Tatapan matanya seperti mayat hidup, berperilaku seperti pembunuh berdarah dingin & pada warna putih bola matanya akan banyak muncul urat yg berwarna merah darah sehingga kalau dari jauh warna putih bola matanya terlihat menjadi merah darah. Itu ciri umum yg banyak diketahui org tapi ada satu hal yg tdk pernah diketahui org & hanya diketahui oleh para Damung Adat Suku Dayak. Hal ini telah menjadi rahasia beberapa generasi Damung Adat Suku Dayak tapi karena begitu banyaknya org-org yg salah mengartikan & mendefinisikan kayau & bahkan mengaku-ngaku pernah menjadi Ghost Warrior hanya utk kesombongan & keangkuhan maka fakta tentang kayau ini harus diungkapkan. Ciri yg menjadi rahasia tsb adalah : org-org yg kerasukan tsb mempunyai ciri khas tersembunyi yaitu di bagian dalam pada kedua kelopak mata bawah terdapat tanda merah dari darah seperti tahi lalat. Hal ini yg membuat mereka bisa melihat utk membedakan mana musuh yg sebenarnya. & satu tanda merah darah lagi yaitu bagian dalam bibir atas mereka. Hal ini membuat mereka bisa mencium bau musuh sebenarnya bahkan sanggup memakan jantung&hati musuhnya yang masih berlumuran darah. Apabila tanda itu hilang maka mereka akan kembali normal sadar dari kerasukan. Setiap org berbeda tingkat & lama kerasukannya, apabila ada org yg kerasukannya berlangsung lama maka akan di bawa kembali kepada Balian Adat utk mengakhiri kerasukan tsb.
    Hukum Adat Kayau di jaman ini seharusnya di terjemahkan dalam definisi yg berbeda. Kayau (memenggal KEPALA) seharusnya didefinisikan sebagai cara utk membuat para KEPALA pemerintahan di Negeri ini (Bupati/Walikota, Gubernur dll bahkan Presiden) agar bisa berbuat utk kesejahteraan tanah leluhur. & org yg memenangkan cara tsblah yg harus diagung sebagai THE GHOST WARRIOR atau SANG KESATRIA HANTU.
    Inilah pesan seorg kakek yg pernah menjadi Kepala Adat Suku Dayak & diberi gelar kehormatan adat sebagai DAMUNG TINGANG RUAI JALAYA di pedalaman Sampit yg tahun ini berusia genap 100 tahun, kepada cucunya yg telah menceritakan tentang pendapat org-org tentang kayau.
    SALAM DAMAI SELALU BORNEO

    BalasHapus
  33. ALL@ suku apa saja sama memiliki keunikan baik itu dayak dan suku lain" dengan seni saya mengenal dayak_ corak tatoo yg antik membuat saya mendengar n membaca tragedi sampit tersebut_ saya salut dengan cerita diatas sehingga bisa menjadi pandangan bagi seorang atau mahluk yg tidak bisa mmenghargai perbedaan ato seni!!!!!!!


    Salam Damaiii" PeNCinTa SenIIII


    group meboye" balii

    BalasHapus
  34. maaf sbelumnya tu si eka lubis orang mana yaa , saya orang jawa lhoo, setau saya jawa dayak baik baik aja deh, so kita orang jawa lebih mengutamakan persaudraan dan kekeluargaan, makanya kita diterima dimana saja, jangan asal cakap ya, atau anda yg orang madura? provokasi anda gag bermutu,

    BalasHapus
  35. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung
    Ane orang melayu sumatera juga menolak transmigrasi ke sumatera dan kalimantan karena program itu lebih menguntungkan orang jawa dan merusak hutan kami

    Kami di sumatera dan kalimantan sama² suku melayu, di kalimantan ada suku dayak, di sumatera ada suku kubu yg mana sama² tinggal di hutan dan sama² memiliki mental yg tinggi

    BalasHapus
  36. Kami anak borneo mnolk keras transmigarasi ka tanah dirik borneo,,,waloau nama ku memakai nama jawa tapi aq adh melayu dayak borneo,,, nian daerah kami anda sopan kami segan anda arogan kami makan,,,,sekarang para pndtng sudh mulai berulh lg, sudh enak masuk ka tanh borneo di kasi tanag cuma" mlah mau mnjadi rja d orang,,,,para pndtng jaga sikap,,,dayak dulu emng bnya yg tdk brpndidikn,,,tp jngn salh smakin kami orng dayak pintar maka makin agresif lh kani
    SALAM ANAK BORNEO

    BalasHapus
  37. Hhheee ada hal yang mengesankan juga disini, beberapa hal penting bersifat positif dapat kalian para pembaca komentar temukan dari semua balasan di atas, termasuk hikmah komentar provokatif reka, yaitu :
    1. Terbukti bahwa dayak-jawa dikenal masyarakat khususnya yang terkait dengan 2 etnis tersebut selama ini hidup rukun dan selaras,
    2. Lebih banyak komentar positif di sini yang berarti pola pikir bhineka tunggal ika pemuda indonesia masih banyak di era jahiliyah ini
    3. Meski masalah kecil jika di sikapi dengan pola pikir iblis, yah hasilnya sebanding, bukan lagi dimana ada asap pasti ada api, tapi siapa ngga ada etika pasti ngga ada umur lama
    4. Semua kata yang disampaikan orang tentu perlu di sortir juga dilihat pribadi orang yang melontarkannya, reka ini tidak mewakili pola pikir etnisnya dan etnis manapun, termasuk masyarakat indonesia, dia hanya mewakili kepribadian dirinya yang ngga banyak mikir, terbawa emosi, otak ngga kerja, ketik komen lalu kirim hahaaa, jadi ngga perlu di tanggapi serius laahhh
    Oowhh iya makasih ya infonya @sangga tandingas, aku salah persepsi terus kalo kamu ngga jelasin,
    Aku keturunan dayak banjar dan aku konfirmasi lagi khususnya untuk kalian yang etnis jawa jangan ada yang sakit hati ya, kalian selama aku hidup ngga pernah ada masalah dengan kedua etnis ku ini, banyak banget tuh disini yang hidup berdampingan contoh sampai jadi suami istri lagi

    BalasHapus
  38. Ulut itah te cinta damai ken...
    Bhineka tunggal ika.. kelute ken

    BalasHapus