Jumat, 22 April 2011

Pembunuh sebenarnya !!!!!!!

1303394997939460861
from google
“Cinta akan uang adalah akar segala penyimpangan dan kejahatan”
Saat Indonesia baru merdeka, mulai dari Presiden sampai pejabat di bawahnya benar benar hidup sederhana. Ir. Soekarno menjadi contoh bagi rakyat tentang hidup sederhana. Memang kita baru merdeka  saat itu, namun sampai turun (diturunkan) jadi Presiden pun beliau tetap sederhana.
Sejak pemerintahan Soeharto, apalagi di periode ke 3 dst, maka mulailah tampak di mata rakyat kemewahan para pejabat, mulai dari Oknum mentri hingga oknum pejabat di daerah yang dekat dengan para pengusaha. Kolusi itu begitu dekat dan begitu nyata. Para kroni Soeharto saat itu hingga thn 98, benar benar menikmati kekayaan negri ini.
Sebagian dari migas dan kekayaan laut dan darat Indonesia bahkan  hutang negara juga ditilep alias dikorup.  Pak soemitro sesudah tidak lagi menjabat mentri saat itu menyebutkan sedikitnya 30 persen uang negara di korupsi aparat negara. Penyebabnya adalah kemewahan telah menjadi daya tarik yang amat menggoda. Lebih tepat, akarnya adalah keserakahan. Cinta akan uang, akar penyelewengan dan kejahatan birokrasi di negri ini.
Dalam kesederhanaan para pejuang negri ini merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dsn mengisinya. Namun tak lama kemudian wajah kesederhanaan itu berubah menjadi kemewahan. praktek korupsi di masa Orba menjadi gaya hidup oknum pejabat di segala lapisan. Di era reformasi ini praktek itu makin canggih. Sebab oknum pejabat negri ini berguru kepada sang guru bernama Orde Baru.
1303395052117340752
from google
Malah  penyakit korupsi sekarang makin mengganas,  menggilas seluruh aspek kehidupan. Tak satupun yang luput dari KKN. Pelakunya sekarang malah tidak takut ketahuan atau ditangkap. Lihat saja  wajah koruptor negri kita selalu menebar senyum saat ditangkap hingga dipengadilan dan penjara. Kenapa? Sebab keluarga bisa negosiasi dengan  pihak Penjara. Bisa pesan kamar mewah “berkelas” bintang lima, dan bisa keluar masuk penjara hingga ke manca negara. Bahkan jumlah hukumanpun bisa dinegosiasikan sesuai keinginan keluarga, bermain dengan oknum  hakim dan jaksa. Ujung ujungnya Duit. Hukum bisa dibeli!
Kenapa bisa demikian? Sebab  sebagian oknum jasa dan hakim kita tak ubahnya seperti pecandu heroin dan shabu shabu. Mereka teradiksi dengan uang. Uang mereka perlukan  untuk naik pangkat dan promosi. Gaji takkan cukup, sebab mereka harus menyuap atasannya untuk bisa naik pangkat atau jabatan.
Uang benar benar  membuat mereka gelap mata, seperti mengalami sakau (gejala putus obat) kalau tidak dapat setoran dari bawahan. Rantai setan yang dipelihara baik di negri ini, dari atas hingga bawah.  Rantai itu memang harus ada. Yang mencoba  memutuskan rantai itu, seperti antasari dkk (kalau benar, kita masih tunggu kelanjutan PK beliau),  harus siap siap difitnah dan dijerat hukuman.
13033951011887937066
from google
Barangkali salah satu Pejabat publik yang saya dengar hidup sederhana, anti korupsi dan pungli, dan kekayaannya tidak terlalu banyak adalah Presiden SBY. Sebab saat melaporkan kekayaannya dua tahun lalu, Per Nov 2009, kekayaannya hanya 7.6 M. (Maaf ya, diluar yang dilaporkan saya tidak tahu. Saya harus percaya pada Presiden saya). Bagi saya ini teladan bagus dari presiden. Hanya disayangkan, teladan beliau tidak diikuti bawahannya.  Pak BeYe hanya berhasil dalam  janji kampanye mengatasi korupsi.  Kenyataannya, Banyak eks mentri Pak BeYe, para Gubernur dan Bupati di era pemerintahan Pak  SBY  berurusan dengan hukum hingga masuk bui. Ratusan jumlahnya. Belum termasuk kasus Aparat negara yang berkelas gol III saja seperti Gayus tambunan. Bisa bayangkan, aparat sekelas gayus bisa punya ratusan milyar. Apalagi di atasnya. Saya rasa, masih banyak gayus-gayus yang berkeliaran di luar penjara. Bahkan mungkin masih jadi pejabat tinggi.
Merenungkan kondisi ini, saya teringat kisah yang sempat saya posting beberapa waktu lalu saat menggugat rencana membangun gedung DPR. Kisah para penjaga mercu suar. Moga masih menggugah nurani kita. Kemewahan tak jarang membuat orang yang menikmatinya lengah dan bahkan membinasakan.
“Konon di sebuah pantai terdapat mercu suar penjaga pantai. Di sekitar laut itu sering terjadi kecelakaan dan karam kapal karena terkena badai. Namun dengan kesigapan aparat atau petugas mercu suar banyak jiwa yang diselamatkan.
Aparat penjaga pantai itu  tidak hanya sigap, rajin dan suka menolong. Tetapi mereka trampil karena sudah berpengalaman. Sampai suatu hari mereka berhasil menyelamatkan kapal pesiar mewah. Mereka berhasil menyelamatkan pemilik dan semua  awak kapal. Karena senangnya diselamatkan dari maut, si pemilik kapal yang kaya raya itu memberi sumbangan.
1303395168171871162
from google
Dia membangun kantor baru serta mengisi semua kebutuhan gedung tersebut. Mulai dari tempat tidur spring bed,  pendingin, kulkas, pesawat TV, alat komunikasi dan lainnya. Termasuk alat olahraga  seperti meja pingpong dll.  Dia juga mengirimkan begitu banyak bahan makanan matang maupun mentah. Setiap bulan selalu ada makanan yang dikirimkan orang kaya tsb.
Fasilitas kantor mereka berubah menjadi nyaman dan mewah. Dampaknya ialah: Sebagian mereka mulai kerja bermalas malasan. Pada waktu bekerja, ada saja dari mereka yang bermain dan bersantai.
Tidur lebih awal dari biasanya, maklum tempat tidurnya skarang nyaman banget…spring bed. Bangunpun makin siang. Jadwal mereka memantau dari menara juga menjadi tidak teratur. Kadang ada yang lalai atau bolos.
Etos kerja benar benar berubah, aparat menjadi lengah. Sampai suatu malam ada kapal karam, dan tidak ada satupun mereka sedang berjaga-jaga. Ketika satu dari aparat itu  naik ke atas, dia kaget sekali ternyata ditemukan begitu banyak mayat dan barang terapung-apung di laut lepas. Dia membangunkan semua temannya, berusaha memberi pertolongan. Namun apa daya, hanya satu dua saja yang bisa diselamatkan. Lebih dua ratus awak kapal dan penumpangnya hanyut dan meninggal dunia.
Anggota dewan kota mulai mengevaluasi, apa penyebab kejadian ini. Sebab sebelumnya tidak  pernah terjadi. Hasilnya ditemukan, justru fasilitas yang mewah membuat mereka lengah. Sebagian besar dari mereka akhirnya diberi sanksi diberhentikan. Fasilitas dikurangi seperti sedia kala. Sesudah itu tidak pernah lagi terjadi kasus yang serupa.”
Bukankah ini gambaran umum sebagian para pejabat kita?Semakin tinggi jabatan, semakin limpah uang.
Semakin berurusan dengan hajat hidup orang banyak, makin limpah rezekinya. Semakin mewah fasilitasnya bisa membuat mereka lupa tanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar