
from google
“Cinta akan uang adalah akar segala penyimpangan dan kejahatan”
Saat Indonesia baru merdeka, mulai dari Presiden sampai pejabat di bawahnya benar benar hidup sederhana. Ir. Soekarno menjadi contoh bagi rakyat tentang hidup sederhana. Memang kita baru merdeka saat itu, namun sampai turun (diturunkan) jadi Presiden pun beliau tetap sederhana.Sejak pemerintahan Soeharto, apalagi di periode ke 3 dst, maka mulailah tampak di mata rakyat kemewahan para pejabat, mulai dari Oknum mentri hingga oknum pejabat di daerah yang dekat dengan para pengusaha. Kolusi itu begitu dekat dan begitu nyata. Para kroni Soeharto saat itu hingga thn 98, benar benar menikmati kekayaan negri ini.
Sebagian dari migas dan kekayaan laut dan darat Indonesia bahkan hutang negara juga ditilep alias dikorup. Pak soemitro sesudah tidak lagi menjabat mentri saat itu menyebutkan sedikitnya 30 persen uang negara di korupsi aparat negara. Penyebabnya adalah kemewahan telah menjadi daya tarik yang amat menggoda. Lebih tepat, akarnya adalah keserakahan. Cinta akan uang, akar penyelewengan dan kejahatan birokrasi di negri ini.
Dalam kesederhanaan para pejuang negri ini merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dsn mengisinya. Namun tak lama kemudian wajah kesederhanaan itu berubah menjadi kemewahan. praktek korupsi di masa Orba menjadi gaya hidup oknum pejabat di segala lapisan. Di era reformasi ini praktek itu makin canggih. Sebab oknum pejabat negri ini berguru kepada sang guru bernama Orde Baru.

from google
Kenapa bisa demikian? Sebab sebagian oknum jasa dan hakim kita tak ubahnya seperti pecandu heroin dan shabu shabu. Mereka teradiksi dengan uang. Uang mereka perlukan untuk naik pangkat dan promosi. Gaji takkan cukup, sebab mereka harus menyuap atasannya untuk bisa naik pangkat atau jabatan.
Uang benar benar membuat mereka gelap mata, seperti mengalami sakau (gejala putus obat) kalau tidak dapat setoran dari bawahan. Rantai setan yang dipelihara baik di negri ini, dari atas hingga bawah. Rantai itu memang harus ada. Yang mencoba memutuskan rantai itu, seperti antasari dkk (kalau benar, kita masih tunggu kelanjutan PK beliau), harus siap siap difitnah dan dijerat hukuman.

from google
Merenungkan kondisi ini, saya teringat kisah yang sempat saya posting beberapa waktu lalu saat menggugat rencana membangun gedung DPR. Kisah para penjaga mercu suar. Moga masih menggugah nurani kita. Kemewahan tak jarang membuat orang yang menikmatinya lengah dan bahkan membinasakan.
“Konon di sebuah pantai terdapat mercu suar penjaga pantai. Di sekitar laut itu sering terjadi kecelakaan dan karam kapal karena terkena badai. Namun dengan kesigapan aparat atau petugas mercu suar banyak jiwa yang diselamatkan.
Aparat penjaga pantai itu tidak hanya sigap, rajin dan suka menolong. Tetapi mereka trampil karena sudah berpengalaman. Sampai suatu hari mereka berhasil menyelamatkan kapal pesiar mewah. Mereka berhasil menyelamatkan pemilik dan semua awak kapal. Karena senangnya diselamatkan dari maut, si pemilik kapal yang kaya raya itu memberi sumbangan.

from google
Fasilitas kantor mereka berubah menjadi nyaman dan mewah. Dampaknya ialah: Sebagian mereka mulai kerja bermalas malasan. Pada waktu bekerja, ada saja dari mereka yang bermain dan bersantai.
Tidur lebih awal dari biasanya, maklum tempat tidurnya skarang nyaman banget…spring bed. Bangunpun makin siang. Jadwal mereka memantau dari menara juga menjadi tidak teratur. Kadang ada yang lalai atau bolos.
Etos kerja benar benar berubah, aparat menjadi lengah. Sampai suatu malam ada kapal karam, dan tidak ada satupun mereka sedang berjaga-jaga. Ketika satu dari aparat itu naik ke atas, dia kaget sekali ternyata ditemukan begitu banyak mayat dan barang terapung-apung di laut lepas. Dia membangunkan semua temannya, berusaha memberi pertolongan. Namun apa daya, hanya satu dua saja yang bisa diselamatkan. Lebih dua ratus awak kapal dan penumpangnya hanyut dan meninggal dunia.
Anggota dewan kota mulai mengevaluasi, apa penyebab kejadian ini. Sebab sebelumnya tidak pernah terjadi. Hasilnya ditemukan, justru fasilitas yang mewah membuat mereka lengah. Sebagian besar dari mereka akhirnya diberi sanksi diberhentikan. Fasilitas dikurangi seperti sedia kala. Sesudah itu tidak pernah lagi terjadi kasus yang serupa.”
Bukankah ini gambaran umum sebagian para pejabat kita?Semakin tinggi jabatan, semakin limpah uang.
Semakin berurusan dengan hajat hidup orang banyak, makin limpah rezekinya. Semakin mewah fasilitasnya bisa membuat mereka lupa tanggungjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar