Minggu, 01 Mei 2011

CIA bocorkan rahasia teknologi PD 1

Badan intelijen Amerika Serikat, CIA, Rabu (20/4) di Washington, membuka enam dokumen rahasia terkait Perang Dunia I dari tahun 1917 dan 1918. Dokumen rahasia tersebut adalah yang paling tua yang pernah dimiliki Pemerintah AS.
Dalam beberapa dokumen itu disebutkan sejumlah teknik terhebat masa itu dalam berbagai kegiatan mata-mata pada perang diplomatik setelah perang fisik selesai. Berbagai teknik itu dipakai diplomat dan intelijen.
Misalnya, ada tinta rahasia. Tulisannya tak terlihat, tetapi bisa dipahami di dunia intelijen. Juga dipaparkan bagaimana para intelijen pada masa itu belajar membuka dan membaca isi surat, tetapi si penerima surat tak pernah tahu bahwa surat tersebut pernah dibuka.
Sebuah dokumen lain berisikan cara pembuatan tinta dalam keadaan darurat. Rendam sapu tangan atau kerah baju dalam larutan kimia kombinasi nitrat, soda, dan tepung kanji. Lalu jemur sapu tangan atau kerah itu hingga kering. Namun, larutan kimia itu tampak kembali ketika sapu tangan dan kerah direndam di air. Larutan kimia itu kemudian bisa dipakai sebagai tinta pena dan sewaktu-waktu dipakai untuk menulis pesan rahasia.
”Ada pula dokumen, tertulis dalam bahasa Perancis, yang menyebutkan keberhasilan (Perancis) mengungkap formula tinta rahasia Jerman, yang sekaligus menunjukkan keberhasilan mereka membongkar kode rahasia musuhnya itu. Hampir seabad dokumen itu dirahasiakan hingga sekarang ketika teknologi memungkinkan untuk mengungkapkannya,” ujar Direktur CIA Leon E Panetta.
Juru bicara CIA, Marie E Harf, menjelaskan, pengungkapan sejumlah dokumen rahasia itu kini dimungkinkan. Ini berkat makin canggihnya perkembangan dan kemajuan teknologi kimia. Hal ini dibantu dengan metode pencahayaan untuk mendeteksi cairan tinta kuno, yang memang sudah lama ditinggalkan.
Tidak rasional
Sepanjang tahun lalu CIA berhasil mengungkap lebih dari satu juta lembaran dokumen bersejarah, yang ditulis secara rahasia.
Namun, menurut Steve Aftergood dari Federasi Ilmuwan AS, CIA tidak selalu bersedia mengungkap dokumen rahasia tertentu yang telah diurai artinya.
Ia berpendapat, CIA tetap menolak Undang-Undang Kebebasan Informasi tahun 2002 untuk mengungkap semua dokumen dan catatan sejarah rahasia itu.
Namun, Aftergood mengaku sangat terkesan dengan pernyataan Panetta, yang menyebutkan semua dokumen tersebut baru dapat diungkapkan saat ini lantaran kemajuan teknologi baru.
Menurut dia, teknologi pelacak surat rahasia itu sudah lama ada, bukan saja belakangan ini. ”Direktur CIA Panetta sepertinya tengah berupaya merasionalisasikan kebijakan informasi CIA yang selama ini tidak rasional. Klaimnya sama sekali tidak berdasar,” ujar Aftergood.
Saat ini keenam dokumen tersebut tersedia di situs jejaring CIA dalam laman Ruang Baca Elektronik UU Kebebasan Informasi. Sarjana dan mahasiswa dapat membaca dan mempelajarinya di Arsip Nasional di College Park, Maryland, dalam perangkat cari catatan CIA (the CIA Records Search Tool/CREST).
Program CREST sendiri belakangan ini menjadi tempat penyimpanan lebih dari 10 juta halaman dokumen CIA yang telah dideklasifikasikan. Sejak tahun 1995, CIA merilis lebih dari 30 juta halaman dokumen rahasia sesuai ketentuan UU Kebebasan Informasi, UU Privasi, dan tinjauan deklasifikasi yang diwajibkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar