Selasa, 17 Mei 2011

Israel Copycat Nazi’s Hitler?

TRAGEDI serangan tentara Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan yang tergabung dalam misi Freedom Fotilla di perairan internasional pada Senin (31/5)membawa keprihatinan mendalam bagi penduduk muslim di dunia.
Misi itu mengangkut 10 ribu ton bantuan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza yang terkena blokade dan embargo Israel beberapa tahun ini. Sebanyak 700 relawan pro-Palestina bergabung dalam misi tersebut. Sebanyak 19 relawan tewas karena serangan Israel dan 36 lainnya luka-luka.
Aksi protes perbuatan keji Israel ini juga dilancarkan negara-negara non muslim misalkan Eropa, Asia, bahkan di dalam negeri Israel.
Mereka mengutuk penyerbuan terhadap enam kapal bantuan, termasuk kapal berbendera Turki Mavi Marmara yang saat itu membawa sekitar 600 relawan dan aktivis. Mereka menggelar protes di depan-depan kedutaan-kedutaan Israel.
Karena perbuatan Israel bukan sekedar soal agama, tapi sudah soal lebih luas kemanusiaan (humanitarian). Israel menembaki para relawan yang membantu kemanusiaan.
Apa yang dilakukan Israel–yang sebagian besar penduduknya warga Yahudi–tak jauh beda dengan aksi Adolf Hitler yang melakukan pembantaian terhadap warga Yahudi (Holocaust) pada era perang dunia II.
Holocaust atau Final Solution of the Jewish Question (solusi terakhir permasalahan Yahudi) merupakan aksi yang dijalankan pemerintahan Nazi dan pemegang kuncinya adalah perwira Jerman, Heinrich Himmler and Reinhard Heydrich.
Salah satu pondasi kebijakan sosial Hitler adalah konsep kemurnian ras (racial hygiene). Konsep ini didasarkan pad aide Arthur de Gobineau, akuntan Perancis, eugenics, pseudo (tiruan)-science dan teori sosial Darwinism. Semua itu diaplikasikan ke kehidupan bahwa ketahanan keharmonisan diperlukan kemurnian ras dan membunuh kehidupan yang tak pantas hidup ( “life unworthy of life).
Atas filosofi inilah holocaust dijalankan. Korban pertama adalah anak-anak yang cacat fisik dan mental. Pembunuhan itu masuk program Action T4.
Tak ada dokumen spesifik aksi ini diperintahkan Hitler. Tapi banyak bukti Hitler di belakang itu semua. Pada musim gugur 1941, Himmler dan Hitler memutuskan pembunuhan massal dengan gas. Dalam interogasi oleh inteljen Rusia yang dibuka 50 tahun kemudian, pembantu Hitler, Heinz Linge dan perwiranya Otto Gunsche mengatakan Hitler mengetahui dan menyetujui blueprints kamar gas pertama. Sekretaris pribadinya, Traudl Junge, juga bertestimoni Hitler tahu benar semua soal kamp-kamp kematian.
Untuk menghaluskan pelaksanaan Final Solution tersebut, digelar konferensi Wannese dekat Berlin pada 20 Januari 1942 yang dihadiri 15 perwira senior yang dipimpin Reinhard Heydrich dan Adolf Eichmann. Data dari hasil meeting merupakan bukti jelas soal rencana Holocaust. Pada 22 Februari, Hitler terekam berkata kepada koleganya, “Kita akan meraih kesehatan hanya dengan memusnahkan bangsa Yahudi.’’
Proyek holocaust pun dijalankan. Di antara tahun 1939 sampai 1945, pasukan elit Jerman SS, kolaborasi dengan oknum pemerintah yang didudukinya membunuh 11 sampai 14 juta warga tak berdosa, termasuk 6 juta bangsa Yahudi di kamp konsentrasi, ghetto dan eksekusi massal dengan kamar gas. Salah satu pusat pembunuhan massal terbesar adalah di komplek industri kamp pemusnahan di Auschwitz-Birkenau.
Saat ini, Israel Yahudi sepertinya cenderung meniru perbuatan orang yang membantainya pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Jadi ada aksi meniru perbuatan atau copycat.
Istilah copycat sendiri diambil dari perilaku anak kucing yang meniru perilaku induknya. Copycat didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang menyerupai orang lain. Seringkali copycat berarti negatif karena sering juga diartikan sebagai menjiplak.
Dalam pembunuhan berantai istilah copycat kerap digunakan. Istilah ini juga kerap digunakan pada kejahatan seksual misalkan perbuatan seks sesama jenis atau homo. Kasus Robot Gedek, pelaku pemerkosa bocah-bocah lelaki yang sudah menerima hukuman mati–dia suka memperkosa bocah lelaki karena dulunya dia pernah mengalami kejadian serupa.
Saat bocah, dia diperkosa seorang lelaki dan ketika dewasa dia menjadi copycat meniru perbuatan si pemerkosa.
Berbeda dengan copycat, istilah role model atau idola memiliki arti lebih positif. Nyatanya, sosok idola memiliki faktor penting dalam menentukan rasa percaya diri seseorang. Profesor Lauren Steinberg dari Fakultas Psikologi Temple University dan penulis buku Beyond the Classroom mengatakan, rasa percaya diri dapat didefinisikan sebagai cara seorang individu beranggapan tentang dirinya sendiri.
Percaya diri juga dipandang sebagai perbedaan antara diri yang sebenarnya dengan sosok ideal. Hal itu diungkapkan Unnia L. Pettus, PhD, pengajar public relations sebagai asisten profesor di Howard University, sekaligus pemilik perusahaan Pettus & Associates.
Jika seseorang semakin menyerupai sosok ideal yang diingingkannya, mereka cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi, ujar Pettus.
Profesor Susan Harter dari Fakultas Psikologi Denver University mengatakan, penerimaan yang tidak konsisten antara seseorang yang sebenarnya dan konsep diri yang ideal adalah penting. Ini karena kegagalan mencapai hal yang ideal dapat mengakibatkan sesuatu yang negatif.
Salah satu ciri sosok idola yang akan memengaruhi rasa percaya diri seseorang adalah jenis kelamin sosok idola tersebut. Hasil penelitian Jan M. Ochman dari Fakultas Psikologi Inver Hills Community College Amerika Serikat mengungkapkan, sosok idola dari jenis kelamin yang sama oleh seseorang kemungkinan akan berdampak lebih positif terhadap rasa percaya diri dibandingkan dengan sosok idola yang berbeda jenis kelamin. (doktertomi.com)
Dari permasalahan tersebut di atas, bisa jadi Israel meniru perbuatan Hitler karena ada dendam, benci yang terus dipendammya dan ditirunya dengan melakulam kezaliman terhadap warga Palestina, pemilik tanah yang kini diduduki Israel.
Kedua, Israel meniru Hitler bisa jadi karena diam-diam bangsa ini mengidolakan perbuatan Hitler–yang menindasnya. Mereka meniru sikap Hitler (ras arya), merasa menjadi bangsa pilihan seperti disebutkan di kitab sucinya. Mereka jadi arogan seperti Hitler—dan underestimate negara-negara lain termasuk Amerika–yang merasa menjadi polisi dunia.
Jadi bagaimana selanjutnya? Harus ada gerakan enough terhadap perbuatan Israel. Idealnya PBB melalui Dewan Keamanan menekan Israel agar menyudahi aksinya mencaplok tanah Palestina. Bila nekad, Israel bisa diembargo ekonomi. Tapi pemimpin negara mana yang mampu menekan PBB–karena sendi-sendi ekonomi di negara adi kuasa di dunia, yakni Amerika Serikat masih dikuasai orang-orang Yahudi.
Tapi jangan pantang menyerah, ibaratnya batu saja terkena air setiap hari bisa berlubang. Bila bangsa ini terus memperhatikan dan turut memperjuangkan nasib warga Palestina, bisa jadi Allah SWT akan membuka jalan kesejahteraan warga Palestina.
Tapi yang patut diperhatikan juga, menurut informasi di dalam negeri Israel sendiri antar umat beragama termasuk Islam hidup berdampingan secara damai. Mereka bebas bekerja dan merayakan hari kebesaran agamanya masing-masing. Hanya saja bagi pemerintah setempat juga melarang turis mengunjungi daerah-daerah tertentu karena kerap terjadi serangan dari warga Palestina.
Bila permasalahanya demikian, bisa jadi hanya para pemimpin Israel yang cenderung berbuat kejahatan kemanusiaan khususnya terhadap warga Palestina. Betulkah?
Namun di mana pun tempat di dunia ini kejahatan terhadap kemanusiaan adalah kejahatan perang yang tak bisa dimaafkan. Semoga, Tuhan segera menunjukan jalan perdamaian dan solusi mengakhiri penderitaan warga Palestina dan menyudahi kesombongan Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar