Sabtu, 21 Mei 2011

Rahasia CIA di Indonesia

Saya sempat terkejut saat diberitahu inner circle saya yang dekat dengan kalangan militer. Ia mengatakan ada sejumlah agen rahasia asing beroperasi di Indonesia. Dua yang ia sebut, katanya berasal dari CIA dan Mossad. Dan agen-agen ini katanya sudah lama ada di negeri kita, menyamar dengan aneka profesi. Salah satunya bahkan jadi pedagang kain selama puluhan tahun di Tanah Abang.
Tapi, itu katanya.
Tidak bisa dikonfirmasi sama sekali. Dan kebenarannya sebatas rumor.
Namun beda halnya dengan heboh buku Membongkar Kegagalan CIA (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Menurut penulisnya -Tim Weiner-, ia memiliki sejumlah bukti otentik berupa dokumen tertulis dari CIA sendiri. Selain itu juga ia melakukan riset mendalam dan mewawancarai sejumlah narasumber penting. Tentu saja, apa yang ditulis buku itu bukan sekedar rumor belaka seperti cerita teman saya tadi.
Sebenarnya buku terjemahan dari karya asli berjudul Legacy of Ashes: The History of CIA itu sudah cukup lama terbit dan nongkrong di toko buku begitu saja. Menjadi kehebohan saat resensi buku tersebut muncul di harian Kompas edisi Minggu, 23 November 2008 lalu. Dalam resensi yang ditulis Julius Pour -wartawan senior Kompas- itu, disebut-sebut peran Adam Malik yang katanya agen CIA.
Barulah setelah itu orang ramai-ramai memburunya. Komentar pro-kontra pun bermunculan. Terutama tentang keterlibatan Adam Malik dalam operasi CIA di Indonesia. Pemberitaan di media massa terutama televisi, makin memperbesar efek bola salju kepopuleran buku itu. Tentu saja, akibatnya buku yang dicetak 5.000 eksemplar itu laku keras hingga dicetak ulang.

Saya tidak ingin membahas konflik soal Adam Malik. LifeLearner bisa membaca soal ini di berbagai media.
Saya justru hendak membicarakan mengenai rahasia CIA dan posisi Indonesia. Dalam soal ini, sudah banyak buku yang membahasnya. Baik dari analis luar maupun mantan agennya sendiri. Tentu saja, pembahasan tidak bisa terlalu mendalam karena namanya saja dinas rahasia, tentu saja banyak informasi yang tidak bisa diakses publik. Ini tentu terkait dengan kepentingan dan keamanan dalam negeri A.S. yang harus dilindungi.
Akan tetapi, ada sejumlah aturan yang mengharuskan pemerintah A.S. untuk membuka dokumennya yang terkait kebijakan publik yang bersifat rahasia. Aturan itu antara lain adalah the Freedom Of Information Act (FOIA) 1966 dan the Privacy Act 1974. Jadi, semua institusi pemerintah A.S. di semua sektor harus membuka dokumen termasuk arsip surat-menyuratnya, betapa pun rahasianya. Hanya saja, tetap ada pengecualian terhadap hal-hal yang terkategori “top secret” atau tidak terkait kebijakan publik. Intinya, tidak boleh menabrak National Security Act 1947 dan aturan khusus lain semisal the CIA Information Act.
Keterlibatan A.S. dan CIA sebenarnya memang benar-benar pernah terjadi. Untuk menggulingkan Soekarno, CIA pernah mendukung pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1955-1958. Guna mendukung pemberontakan ini, CIA mengirimkan logistik melalui udara. Sialnya, pesawat pembawa logistik berhasil ditembak oleh artileri pertahanan udara TNI AU. Pilotnya Allen Pope berhasil ditangkap. Ternyata dia seorang agen CIA. Pemerintah Soekarno lalu menggunakannya sebagai alat penekan dan memperkuat posisi tawarnya. CIA pun menarik dukungannya dari PRRI/Permesta. Pemberontakan pun berhasil ditumpas secara militer dengan Operasi 17 Agustus yang dipimpin Kolonel Achmad Jani (di kemudian hari menjadi Jenderal dan menjabat Men/Pangad. Dibunuh dalam peristiwa 30 September 1965). Operasi ini didukung Operasi Merdeka dan Operasi Tegas berupa penggelaran pesawat, pemboman dan lintas udara di daerah operasi oleh TNI AU.
Namun, justru keterlibatan CIA dalam operasi klandestin-lah yang banyak dipertanyakan. Termasuk yang paling heboh adalah revolusi anti Soekarno sebagai epilog peristiwa 30 September 1965. Dalam peristiwa berdarah tersebut, yang akhirnya menaikkan Soeharto sebagai presiden, disebut-sebut pula peran CIA. Buku lain yaitu Peran CIA Dalam Penggulingan Soekarno karya Peter Dale Scott juga pernah memuat soal sangkaan ini. Bagaimana kebenarannya? Tidak ada konfirmasi.
Hanya saja, dari semua keterlibatan CIA baik terbuktikan maupun tidak, semestinya kita sebagai bangsa sadar betapa strategisnya bangsa ini. Kalau Anda perhatikan, Amerika Serikat memiliki begitu banyak properti di Indonesia. Kedutaan Besarnya saja memiliki sejumlah lokasi di Jakarta saja. Belum lagi perusahaan-perusahaannya termasuk di bidang pertambangan dan perminyakan. Ini menunjukkan kepentingan mereka di sini besar.
Posisi Indonesia jelas dipandang penting oleh A.S., hanya saja dalam diplomasi internasional seolah dipandang remeh. Padahal, kita tidak bakalan jadi anggota G-20 dan APEC kalau tidak dipandang penting. Ingat lho, di bumi ini ada lebih dari 180 negara berdaulat. Dan kita bisa duduk sejajar dengan negara-negara maju itu dalam forum tersebut. Maka, jelas sekali posisi Indonesia amat penting.
Cuma pemimpin kita sayangnya sering kurang pe-de. Saya pernah menulis beberapa hari lalu saat menulis soal G-20. Posisi penting Indonesia ini kurang dimainkan agar dapat bermanfaat bagi negara. Padahal, ada rumor kalau siapa pun yang berminat jadi Presiden Indonesia mendatang biasanya akan ‘sowan’ ke Presiden A.S. dulu. Katanya sih untuk dapat restu. Tapi apa itu benar, lagi-lagi cuma rumor. Yang bukan rumor cuma posisi kita yang jelas penting bagi A.S. Ya tho? 

sumber : bacaan, resensi buku, dan Google.

1 komentar: