Rudal Rusia merupakan salah satu doktrin militer negara tersebut yang akan dirombak. (Berita SuaraMedi)
"Proses ini (penyusunan doktrin militer baru) dilakukan secara transparan. Kami telah berulangkali memberikan penjelasan, dan proses tersebut tengah berlangsung," kata Sergei Lavrov.
"Tidak ada penemuan baru yang akan menciptakan ancaman bagi siapapun. Siapapun kecuali orang-orang yang mungkin memiliki rencana-rencana bodoh dan gila untuk menyerang Federasi Rusia. Namun saya berharap bahwa tidak ada, dan tidak pernah ada, rencana atau tujuan Jahat seperti itu.
Nikolai Patrushev, sekretaris dewan keamanan Rusia, pada hari Kamis lalu mengatakan bahwa doktrin tersebut harus diserahkan kepada Presidem Dmitry Medvedev pada akhir tahun ini.
Doktrin militer yang berlaku saat ini menekankan peranan militer Rusia dalam memastikan pertahanan negara dan, jika diperlukan, mempersiapkan dan melancarkan perang, meski ditekankan bahwa doktrin tersebut bertujuan defensif.
Akan tetapi, beberapa orang analis militer mempertanyakan perlunya merevisi doktrin militer yang sudah ada.
Alexander Sharavin, direktur Institut Analisis Politik dan Militer, pada tanggal 14 Oktober silam mengatakan dokumen yang berlaku saat ini menetapkan penggunaan senjata nuklir hanya dalam perang berskala besar ketika pihak penyerang mengungguli Rusia dalam hal sumber daya dan materi militer.
"Menurut saya, ketetapan yang terkandung dalam dokumen tahun 2000 tersebut sudah cukup komprehensif dan tidak perlu dikembangkan lagi karena karena senjata nukir adalah sebuah alat politik dan elemen penting bagi perisai strategis. Jika kita mengumumkan bahwa kita akan mempergunakan senjata semacam itu dalam konflilk lokal, maka hal itu hanya akan meremehkan peranannya," imbuh Sharavin.
Dalam doktrin tersebut disebutkan bahwa senjata nuklir dapat dipergunakan dalam konflik lokal jika dianggap ada ancaman kritis terhadap keamanan nasional Rusia. Hal tersebut membuat sebagian pihak menduga bahwa Rusia berniat mempergunakan senjata nuklir dalam konflik dengan negara-negara tetangganya – negara pecahan Uni Soviet.
Karena kekuatan dari negara-negara pecahan Uni Soviet tidaklah terlalu tangguh, maka dapat diasumsikan bahwa hanya negara-negara Baltik, yang merupakan anggota NATO, yang paling mampu mengancam Rusia. Meski nyaris tidak ada kemungkinan terjadi konflik dengan negara Baltik, jika benar pecah konflik, maka skala perang yang terjadi akan lebih besar dari konflik lokal.
Akan tetapi, kemungkinan terjadinya anc aman kritis bagi Rusia lebih tingggi dibandingkan dengan sebuah perang besar. Rusia sudah sejak lama membahas mengenai kemungkinan serangan nuklir untuk pencegahan, yakni pada akhir tahun 1990an setelah NATO mengebom Yugoslavia. Rusia kemudian menggelar latihan perang dengan simulasi konflik militer melawan NATO.
Latihan perang tersebut menunjukkan bahwa hanya senjata nuklir yang akan menyelamatka Rusia jika suatu saat terjadi agresi dari Barat. Pemerintah Rusia kemudian mengubah skema penggunaan senjata nuklir, khususnya secara taktis.
Ketetapan baru tersebut dirumuskan dalam bentuk dua dokumen fundamental: Doktrin militer dan konsep keamanan nasional yang diadopsi pada tahun 2000. Di dalamnya disebutkan bahwa penggunaan senjata nuklir dapat dibenarkan dan diharuskan untuk menangkal agresi militer, ketika seluruh metode penyelesaian krisis telah dipergunakan dan terbukti tidak efektif.
Secara keseluruhan, doktrin militer yang baru merefleksikan pergeseran bertahap Rusia terhadap standar Barat mengenai penggunaan kekuatan militer. Ketetapan ideologis dari doktrin militer Uni Soviet – dengan pengecualian terhadap istilah "calon musuh" – telah sejak lama dikubur. Rusia kini bertujuan untuk mempergunakan kekuatan militer kapanpun dan dimanapun jika dianggap perlu, kekuatan militer Rusia akan dipergunakan melawan siapapun. (dn/ri)
indonesia harusnya begitu,,,,,
BalasHapusYA SUDAH SAAT NYA AMERIKA DI HANCUR KAN DAN HANYA RUSIALAH HARAPAN NEGARA2 LEMAH LAIN NYA
BalasHapus