Pada tanggal 18 April 2009, China  memulai konstruksi pembangunan reaktor air bertekanan 3G (pressurized  water reactors) dengan menggunakan teknologi AP 1000 yang dikembangkan  oleh Westinghouse. Reaktor tersebut berlokasi di Sanmen, Provinsi  Zhejiang, China Timur dan merupakan negara pertama di dunia yang  menggunakan teknologi canggih ini.
| Reaktor Nuklir 3G China | 
Pembangunan pembangkit listrik negara  nuklir (PLTN) Sanmen akan dilakukan dalam 3 tahap, dengan total  6 unit  pembangkit reaktor. Proyek tahap 1 akan selesai pada tahun 2013 (unit  ke-1) dan 2004 (unit ke-2) dengan daya output masing-masing 1250 MW.  Proyek tahap 1 menghabiskan dana 40 triliun yuan (sekitar 60 triliun  rupiah).
Kecerdasan Pemerintah ChinaSeperti pada umumnya investasi industri  berteknologi tinggi lainnya di China, pembangunan reaktor nuklir 3G yang  pertama di China juga dikerjakan oleh Westinghouse milik Amerika.  Westinghouse merupakan perusahaan yang bergerak dalam layanan,  teknologi, desain pembangkit dan peralatan yang berhubungan dengan PLTN.  Dalam pembangunan Reaktor 3G (third generation) yang super canggih,  tentu China saat ini masih belum memiliki kemampuan teknologi tersebut.  Tentunya Pemerintah sosialis China kedepan akan secaa berdirikari memba  nun reaktor nuklir sendiri, sehingga China berusaha menguasai teknologi  tersebut untuk kepentingan nasional dan rakyatnya. Dan hal ini juga  berlaku pada pembangunan reaktor nuklir 3G Sanmen. Pemerintah China  mensyaratkan Westinghouse untuk melakukan transfer teknologi reaktor  nuklir 3G kepada rakyat China.
Keputusan transfer teknologi ke negara  target merupakan hal langkah dalam investasi asing ke suatu negara.  Namun, kemampuan diplomasi, negosiasi dan bargaining yang “canggih”  membuat perusahaan-perusahaan besar dunia seperti Yamaha, Westinghouse,  Nokia, IBM “terkapar” dengan kemauan Pemerintah China mensyaratkan  transfer teknologi. Pada awalnya, Amerika enggan memberikan persetujuan  Westinghouse untuk merambah proyek reaktor nuklir ke China apalagi  proyek tersebut menggunakan teknologi terbaru. Amerika khawatir China  mampu menguasai teknologi nuklir yang dimiliki Amerika Serikat yang pada  akhirnya akan merugikan Amerika sendiri. Sekali lagi, kemampuan  bargaining China mampu menekuk lutut Amerika hingga Westinghouse  bersedia transfer teknologi dengan “upeti” investasi proyek miliaran  dollar.
Kemampuan China memproduksi produk yang  berteknologi tinggi saat ini tidak terlepas dari kebijakan China sejak  1980-an yang mensyaratkan perusahaan asing yang berinvestasi di bidang  teknologi tinggi dan vital harus melakukan joint venture dengan  perusahaan lokal sekaligus melakukan transfer teknologi. Dari produk  mainan anak-anak supermurah dibanding Jepang, hingga handphone serta  laptop Lenovo merupakan bukti kesuksesan penerapan kebijakan pemerintah  China sejak 2 dekade silam.
Nuklir Bagi Kehidupan ChinaBisa dipastikan bahwa dalam 1,5 dekade  kedepan, China mampu membuat reaktor nuklir sendiri dengan teknologi  yang lebih baik dari saat ini. Inilah agenda besar pemimpin China yang  membawa negaranya untuk memimpin dalam penguasaan ekonomi sekaligus ilmu  dan teknologi. Transfer teknologi dilakukan bersamaan suntikan puluhan  bahkan ratusan miliar yuan bagi perguruan-perguruan tinggi untuk  mempelajari sekaligus meningkatkan kualitas dari teknologi yang sedang  dan sudah dikuasai perusahaan lokal China. Terlihat sekali bahwa China  menjadikan perguruan tinggi sebagai aset yang sangat berharga dan rela  mengeluarkan anggaran besar untuk mensubsidi pendidikan tinggi demi  kesejahteraan rakyat di masa mendatang.
Hal ini terungkap bahwa China sedang  memulai pengembangan nuklir baik secara mandiri maupun bersama (joint  venture) dan diharapkan 2020 memiliki PLTN dengan daya 40.000 MW naik  125% dari sekarang yakni sekitar 9000 MW. China “haus” akan energi  listrik karena pertumbuhan ekonominya sangat tinggi selama 2 dekade  terakhir. Dan cerdiknya lagi, China berusaha menggabungkan teknologi  nuklir dari 3 negara yang berbeda yakni Amerika, Rusia Kanada, dan  Prancis. Obsesi ini bukan lagi isapan jempol belaka. Saat ini China  memiliki 11 reaktor nuklir 2G masing-masing 3 reaktor teknologi mandiri  (China), 2 reaktor teknologi Russia, 4 reaktor Prancis, 2 reaktor  Kanada. Dan terhitung tanggal 18 April 2009, China akan mendapat  transfer teknologi nuklir 3G dari Amerika Serikat.
Energi Nuklir
Energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua cara/mekanisme yakni:
- Reaksi Fisi : pembelahan inti atom (e.g : helium menjadi hidrogen)
 - Reaksi Fusi : penggabungan beberapa inti atom (e.g : hidrogen menjadi helium)
 
Sebuah pembangkit listrik bertenaga  nuklir umumnya menggunakan mekanisme pertama yakni reaksi fisi atau  pembelahan inti dari atom bermassa berat (besar dan reaktif) ke atom  bermassa lebih ringan/kecil. Sebuah inti berat  atom yang ditumbuk oleh  partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih  ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut  pembelahan inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi fisi adalah penembakan  elektron atau neutron pada inti atom uranium ataupun plutonium.
Inti atom uranium dapat membelah karena  tingkat energi uranium tidak stabil (reaktif) dan menjadi into atom yang  lebih ringan (reaktif lebih rendah). Mekanisme ini terus terjadi dalam  waktu yang sangat cepat membentuk reaksi berantai tak terkendali.  Akibatnya, terjadi pelepasan energi yang besar dalam waktu singkat  disertai pemancaran radiasi seperti sinar Gamma.  Mekanisme inilah yang  terjadi padabom nuklir. Karena energi yang dihasilkan sangat besar dan cepat, maka terjadi ledakan yang dahsyat.
Jadi, kunci utama dalam reaksi fisi  adalah apakah reaksinya terkendali atau tidak. Jika tidak terkendali dan  terjadi reaksinya berantai dengan sangat cepat, maka bencanalah  hasilnya. Namun, jika reaksi tersebut dapat dikendalikan maka energinya  dapat menjadi “sababat”. Hal yang serupa dengan api “kecil adalah kawan,  besar adalah lawan”.  Salah satu cara mengendalikan reaksi nuklir  adalah membatas jumlah neutron yang ditembak pada inti atom. Dan ketika  terjadi pembelahan inti, maka hanya ada satu neutron yang akan  menembaknya lagi dan seterusnya. Jadi, pembelahan inti terjadi secara  sekuensial yang teratur.
Karena dengan sumber massa yang kecil  dapat menghasilkan energi yang besar, maka energi nuklir telah banyak  digunakan oleh negara-negara sebagai komplementer sumber energi listrik  negaranya. Amerika, Prancis, Jepang, Inggris, Rusia, Kanada merupakan  contoh negara-negara yang menggunakan nuklir sebagai sumber energi  listrik. Dan selama beberapa dekade ini, belum pernah terjadi bencana  nuklir yang super dahsyat pasca “Tragedi Chernobyl”.
Indonesia?
Awal April silam, saya sempat ngobrol  dengan teman mengenai isu PLTN Muria. Katanya PLTN Muria tidak jadi  dibangun. Lalu saya bertukar pendapat dengan beliau. Dan ada satu hal  yang menarik dari inti pembicaraan kami yakni ia berceloteh “Gak  mungkinlah pemerintah membangun PLTN, wong rakyat sekarang kembali ke  zaman primitif. Sebelum BBM naik masyarakat masih bisa menggunakan  minyak tanah. Tapi orangku (masyarakat tempat dia tinggal) saat ini  menggunakan kayu bakar“. Jika dihubungkan dengan proyek pembangunan  PLTN China, maka sepertinya Indonesia juga ikut bangun reaktor seperti  China, hanya sumber bahan bakarnya berbeda. Jika China menggunakan  uranium, maka masyarakat kita menggunakan kayu bakar… Ada-ada saja…  hmm…. Semoga hal ini hanya lelucon teman saya saja, dan tidak terjadi  kepada bangsa kita. Ya kan?
Bagaimana dengan Anda? Apakah Indonesia bisa seperti China mendapat serta memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai?
Dan siapkan pemerintah Indonesia membangun PLTN tanpa korupsi?
Siapkan rakyat Indonesia menerima “teknologi dewa” sementara saat ini sebagian telah kembali teknologi “kayu bakar”?
Dan siapkan pemerintah Indonesia membangun PLTN tanpa korupsi?
Siapkan rakyat Indonesia menerima “teknologi dewa” sementara saat ini sebagian telah kembali teknologi “kayu bakar”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar