a. Sungai
Sungai   adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan   bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran   sungai merupakan aliran yang bersumber dari tiga jenis limpasan, yaitu:   limpasan yang berasal dari anak-anak sungai dan limpasan dari air  tanah.
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai, yaitu:
1) sungai consequent longitudinal, merupakan sungai yang mempunyai aliran yang sejajar dengan antiklinal;
2) sungai consequent lateral, merupakan sungai yang mempunyai arah aliran menuruni lereng-lereng asli yang ada di permukaan bumi seperti done, blockmountain, atau dataran yang baru terangkat;
3) sungai superimposed, merupakan sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya;
4) sungai subsequent, merupakan sungai yang terjadi jika di daerah sungai consequent lateral terjadi   erosi mundur sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan   mengadakan erosi ke samping dan memperluas lembahnya, akibatnya akan   timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan);
5) sungai resequent, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral dan sering merupakan anak sungai subsequent;
6) sungai antecedent, merupakan sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pengangkatan yang terjadi pada proses yang lambat;
7) sungai obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan;
8) sungai insequent,   yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebabsebab yang nyata;   sungai ini mengalir dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola   aliran dendrites;
9) sungai reverse,   merupakan sungai yang mengubah arah alirannya karena sungai ini tidak   dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan;
10) sungai compound, merupakan sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya;
11) sungai composit, merupakan sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya;
12) sungai anaclinal,   merupakan sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat   terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus   sungai.
1) Pola Aliran Sungai
Ada berbagai pola aliran sungai sebagai berikut.
a) Paralel,   adalah pola aliran yang lurus atau hampir lurus ke tempat yang lebih   rendah, terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali sehingga   gradien dari sungai itu besar.
b) Rectangular, merupakan pola aliran siku-siku di mana pola aliran ini terdapat daerah yang mempunyai struktur patahan, atau hanya joint (retakan).
c) Angulate, merupakan pola aliran yang hampir membentuk sudut 90o, tetapi sungai-sungai masih terlihat mengikuti garis-garis patahan.
d) Radial centrifugal, merupakan pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome sampai stadium muda dengan pola aliran menuruni lerenglereng pegunungan.
e) Radial centripetal, merupakan pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
f) Trellis, merupakan pola aliran yang berbentuk, seperti tralis dengan bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
g) Annular, merupakan variasi dari radial pattern, yang terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent, resequent, dan obsequent.
h) Dendritic, adalah   pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman, terdapat pada daerah   yang batu-batuannya homogen, dan lerenglerengnya tidak begitu terjal,   sehingga sungai-sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh   jalan yang lurus dan pendek.
2) Meander Sungai
Meander   atau bentuk kelokankelokan aliran sungai, sering didapati pada aliran   sungai di daerah dataran rendah. Meander terjadi karena adanya reaksi   antara aliran sungai dan batu-batuan yang homogen dan kurang resisten   terhadap erosi. Terdapat dua sisi pada lengkungan meander. Undercut adalah   berpindahnyaaliran air yang disebabkan oleh sedimentasi pada bagian   lengkung meander sehingga aliran air di luar lebih cepat daripada arus   air pada sisi dalamnya. Kondisi ini menyebabkan sisi luar lengkung   tererosi dan hasil erosinya terendap di bagian dalam. Jika berlangsung   secara terusmenerus, dapat membentuk setengah lingkaran atau bahkan   hampir melingkar penuh.
Batas  daratan  yang sempit yang memisahkan antara tikungan yang satu dan  tikungan  lainnya akhirnya terpotong oleh saluran yang baru, dan  terbentuklah  danau tapal kuda atau danau mati (oxbow lake).  Sungai San Juan  merupakan salah satu contoh sungai bermeander berelief  kasar, karena  melakukan erosi pendalaman terhadap batuan dasar sehingga  sungai  tersebut berkedudukan tepat di dasar lembahnya.
3) Delta
Delta   adalah endapan yang terbentuk di ujung aliran yang sudah dekat muara  di  laut atau danau. Ada berbagai bentuk dan ukuran delta. Berbagai  faktor  yang menyebabkan terjadinya delta, antara lain, musim, kecepatan  aliran  sungai, dan jenis batuan.
4) Identifikasi Berbagai Proses Pelapukan/Pengikisan Sungai
Erosi   (pengikisan), pengangkutan (transportasi), dan penimbunan atau   pengendapan (sedimentasi) yang terjadi secara alami ketika air mengalir.   Kemiringan daerah aliran sungai, volume air sungai, dan kecepatan   aliran air merupakan faktor yang memengaruhinya. Aktivitas pengikisan   akan semakin meningkat jika kemiringan aliran air sungai makin besar,   sedangkan di daerah datar yang kecepatan airnya lambat penimbunan atau   pengendapan material akan semakin intensif.
5) Lembah Sungai
Lembah   sungai merupakan hasil pengikisan air yang mempunyai bentuk permukaan   yang lebih rendah daripada bagian lainnya. Pertumbuhan suatu lembah   sungai dapat berjalan melalui tiga proses, yakni: pendalaman, pelebaran, dan pemanjangan.
a) Pendalaman lembah sungai
Perbedaan   ketinggian yang besar menyebabkan proses erosi di daerah hulu sungai.   Kekuatan aliran erosi bekerja dengan cara menumbuk dan menggerus dasar   sungai. Cara kerja ini disebut sebagai pengikisan hidrolik. Pengikisan   dan pendalaman saluran juga dipercepat oleh terjadinya pengikisan   mekanik. Pengikisan mekanik ini dipercepat oleh serpihan batuan yang   terbawa oleh aliran yang deras. Selain itu, terjadi pula pengikisan   kimiawi yaitu proses pelarutan dan reaksi asam terhadap dasar dan tepi   saluran sungai.
b) Pelebaran lembah sungai
Lambatnya   kecepatan arus air di daerah datar menyebabkan proses erosi ke samping   (lateral) sehingga erosi lateral lebih pada melebarnya lembah sungai.   Erosi lateral juga dibarengi dengan proses agradasi atau penambahan   endapan yang berasal dari materi longsoran (mass wasting) dari lereng atasnya. Kondisi ini dapat mempercepat terjadinya pelebaran lembah sungai.
c) Pemanjangan lembah sungai
Penurunan   permukaan laut yang menyebabkan daratan bertambah maju, pertumbuhan   delta yang menambah luas daratan merupakan penyebab terjadinya   pemanjangan lembah. Perkembangan lembah sungai dapat dijadikan sebagai   penunjuk umur lembah tersebut, umur ini adalah umur relatif berdasarkan   kenampakan bentuk lembah dalam beberapa tingkatan. Stadium awal  ditandai  dengan daya kikis vertikal yang masih besar disebabkan oleh  gradien  sungai yang masih besar. Dataran asli baru yang disebabkan oleh   pengangkatan dasar laut dan sedimentasi gunung berapi terbentuk pada   stadium ini. Di beberapa tempat terdapat permukaan sungai dengan lembah   yang kecil-kecil. Dapat dikatakan bahwa pada stadium ini daerah   sekelilingnya masih merupakan bentuk antaraliran dan erosi baru.
Stadium muda pembentukan lembah dimulai dengan beberapa tandatanda, antara lain:
(1) daya kikis vertikal yang kuat akibat gradien yang masih besar menyebabkan penampang lintang dari lembah berbentuk huruf V;
(2) daya angkut aliran air sungai paling besar;
(3) lebar bagian bawah lembah dan lebar saluran sungai sama besar;
(4) dasar lembah belum merata.
Stadium dewasa lembah sungai mempunyai ciri:
(1) gradien sungai lebih kecil daripada gradien pada stadium muda;
(2) terjadinya erosi lateral, dan tidak lagi terjadi erosi vertikal praktis;
(3) lembah sungai berbentuk U, dengan kedalaman yang lebih kecil daripada ukuran lebarnya;
(4) terdapat dataran banjir (flood plain) pada lembah sungai dan terbentuknya kelokan (meander) pada flood plain sungai;
(5) pada bagian akhir stadium dewasa sungai sudah mengalami pendataran dasar sungai akibat sedimentasi.
6) Kualitas fisik air sungai dan pemanfaatan sungai
Di   Pulau Jawa, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,   Tangerang, dan Surabaya, kualitas airnya cenderung menurun. Adanya   perubahan kadar parameter tertentu seperti kadar pH, kebutuhan oksigen   biologi (Biological Oxygen Demand = BOD) dan kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand =   COD) dapat dijadikan petunjuk terhadap penurunan kualitas air sungai.   Parameter BOD dan COD sungai-sungai di seluruh provinsi di Pulau Jawa   yang telah melampaui batas baku mutu yang ditetapkan. Selain itu,   kekeruhan air dan jumlah lumpur yang mencapai 25 ton/tahun pada   sungai-sungai di Pulau Jawa dapat menunjukkan adanya erosi tanah di   bagian hulu sungai.
Nilai ambang   batas pencemaran berhubungan dengan pengaturan terhadap pemanfaatan   sungai. Penentuan manfaat sungai dapat ditentukan oleh kualitas air saat   itu. Masyarakat pengguna dan para pengusaha yang andil dalam  terjadinya  pencemaran air diharapkan dapat mengatasi permasalahan  kuantitas dan  kualitas air.
Program  yang dilakukan  untuk mengatasi pencemaran air sungai ini adalah  program kali bersih  (prokasih). Program ini difokuskan untuk menurunkan  jumlah beban zat  pencemar yang masuk ke sungai.
Peranan penting sungai bagi kehidupan manusia, antara lain:
(1) untuk pengairan, misalnya dengan dibuat waduk;
(2) kaya bahan-bahan bangunan seperti pasir, batu kali, dan kerikil yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan;
(3)   sebagai mata pencarian penduduk, seperti pengamjikan pasir dan   batubatu; pencarian bijih emas, intan, timah aluvial; dan perikanan;
(4) sumber pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan air terjun sungai;
(5)   kandungan mineral yang terdapat di dalam air sungai dapat dimanfaatkan   oleh tumbuhan untuk meningkatkan kesuburannya karena unsur-unsur   tersebut sangat dibutuhkan tanaman;
(6) dataran aluvial yang subur merupakan hasil pengendapan air sungai;
(7)   bagi kelangsungan suatu industri yang banyak memerlukan air, seperti   industri bata dan genting, sungai mempunyai arti yang sangat penting;
(8) untuk lalu lintas atau transportasi air.
b. Danau
Kumpulan   air dalam cekungan tertentu, yang biasanya berbentuk mangkuk disebut   dengan danau. Suplai air danau berasal dari curah hujan, sungai-sungai,   serta mata air dan air tanah. Danau bersifat permanen atau tetap berair   sepanjang tahun. Akan tetapi, jika sumber air pengisi danau berasal  dari  salah satu saja, danau tersebut bersifat sementara atau periodik,   sehingga pada waktu tertentu danau tersebut akan kering.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
1) Danau Vulkanis
Danau   vulkanis terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Depresi vulkanis   timbul pada bekas suatu letusan gunung api. Dasar cekungan yang  tertutup  oleh material vulkan tidak tertembus oleh air, sehingga jika  terjadi  hujan, airnya akan tertampung dan membentuk danau vulkanis.  Bentuk dan  luas yang terjadi dipengaruhi oleh tipe letusan. Pada tipe  gunung api  maar akan terbentuk danau maar, pada gunung api dengan  letusannya  kaldera, akan terbentuk sebuah danau kaldera yang luas.  Contoh danau  vulkanis adalah Danau Singkarak di Sumatra Barat.
2) Danau Tektonik
Danau   tektonik terbentuk karena bentuk-bentuk patahan dan slenk yang   ditimbulkan oleh gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan bumi.   Slenk yang diapit oleh horst, di sekitarnya dapat membentuk danau  kalau  mendapat air dalam jumlah yang cukup (air hujan, sungai, mata  air).  Contoh danau tektonik adalah Great Basin di Amerika Serikat,  Danau  Nyasa, dan Danau Tanganyika di Afrika Timur.
3) Danau Lembah Gletser
Setelah   zaman es berakhir, daerah-daerah yang dahulunya dilalui gletser  menjadi  kering dan diisi oleh air. Danau akan terbentuk jika lembah  yang telah  terisi air itu tidak berhubungan dengan laut.
4) Danau Dolina
Danau   dolina/dolin merupakan danau yang terdapat di daerah karst dan umumnya   berupa danau kecil yang bersifat temporer. Danau ini dapat terbentuk   jika di dasar dan tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang tak   tembus air, sehingga jika terjadi hujan airnya tidak langsung masuk ke   dalam tanah kapur, tetapi akan tertampung di dolina terbentuklah danau   dolina. Danau dolina dapat juga terjadi karena adanya air di dalam tanah   kapur tinggi.
5) Danau Terbendung/Danau Buatan
Danau   ini terbentuk karena tertahannya aliran air oleh bahan-bahan lepas   maupun terikat, misalnya, runtuhan gunung, moraine ujung dari gletser,   dan aliran lava yang membendung lembah sungai. Waduk atau dam merupakan   danau buatan, hasil bendungan manusia, seperti Waduk Kedung Ombo, Waduk   Gadjah Mungkur, dan Waduk Sermo.
6) Danau karena Erosi Sungai
Contoh: danau tapal kuda (oxbow lake).
Berdasarkan jenis airnya, danau dapat dibedakan atas berikut.
1) Danau Air Tawar
Sumber air dari danau air tawar adalah air hujan. Danau air tawar banyak terbentuk di daerah-daerah bercurah hujan tinggi atau humid (basah). Danau-danau di Indonesia sebagian besar merupakan danau air tawar.
2) Danau Air Asin
Danau ini bersifat temporer. Umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid.   Penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran  keluaran.  Danau ini mempunyai kadar garam yang tinggi, sehingga jika  danau  tersebut kering, akan tertinggal lapisan garam di dasar danau  tersebut.  Danau dengan kadar garam yang tinggi, misalnya, Great Salt  Lake, kadar  garamnya sebesar 18,6% dan Laut Mati (Israel), kadar  garamnya 32%.
Kondisi Danau di Indonesia
Luas   danau di Indonesia lebih kurang seluas 1,85 juta hektare atau 0,52   persen. Namun, sebagian besar belum dimanfaatkan secara maksimal.   Beberapa danau di Indonesia sudah tercemar, antara lain, Danau Pluit di   Jakarta yang telah tercemar nitrat, fosfat, klorida, dan sulfat yang   sangat tinggi.
Beberapa danau  dapat  hilang karena adanya pembentukan delta-delta dan pelumpuran di  danau  yang disebabkan adanya erosi, akibat gundulnya hutan di hulu  sungai,  kemudian terbawa oleh air yang berakibat pada pendangkalan  danau dan  hilangnya danau; gerakan tektonik yang berupa pengangkatan  dasar danau;  pengendapan jasad hewan dan tumbuhan yang mati berakibat  pada cepatnya  pendangkalan danau; penguapan yang kuat, terutama di  daerah arid;  banyaknya air yang keluar karena banyaknya sungai-sungai  yang  meninggalkan danau yang menimbulkan erosi dasar pada bibir danau,   akibatnya danau dapat menjadi kering dan kehabisan air, atau karena   ditimbun oleh manusia.
Proses   sedimentasi yang cukup tinggi di Rawa Pening (Jawa Tengah), Danau   Sentani (Papua), Danau Tempe (Sulawesi Selatan), Danau Tondano dan Danau   Limboto (Sulawesi Utara), dan Danau Singkarak (Sumatra Barat) harus   segera ditanggulangi dengan pengelolaan dan menjaga hutan di sekitar   danau. Cara ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dan menghambat   pengendapan lumpur yang berlebihan. Selain hal tersebut, upaya lain  yang  dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat  akan  pentingnya menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan yang  berupa  hutan, tanah, dan air.
c. Rawa
Daerah   di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan   tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Wilayah rawa yang luas   banyak terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Berdasarkan   genangan airnya, rawa dibedakan atas berikut.
1) Rawa yang Airnya Selalu Tergenang
Tanah-tanah   di daerah rawa ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.   Keadaan ini terjadi karena tanahnya tertutup tanah gambut yang tebal.   Selain itu, karena derajat keasamannya (pH) yang tinggi(mencapai 4,5)   yang berwarna kemerah-merahan, sulit ditemukan hewan yang hidup di rawa   ini.
2) Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang
Rawa   jenis ini menampung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai   pada saat air laut pasang, pada saat air laut surut airnya akan   mengering. Derajat keasaman rawa ini tidak terlalu tinggi karena adanya   pergantian air tawar di daerah rawa masih dapat dimanfaatkan untuk   pertanian pasang surut. Adanya pohon-pohon rumbia merupakan ciri bahwa   kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam.
Rawa dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
(1) jika keasamannya tidak terlalu tinggi, rawa tersebut dapat dijadikan lahan persawahan dan perikanan;
(2) sebagai objek wisata seperti Rawa Pening;
(3) sebagai batas alam untuk menangkal masuknya intrusi air laut ke darat.
3. Gambaran Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah   aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang terbentuk dari kumpulan   sungai dalam suatu sistem cekungan dengan aliran keluar atau muara   tunggal. Daerah aliran sungai merupakan areal tampungan air yang masuk   ke dalam wilayah air sungai. Pengukuran DAS dapat dilakukan dengan cara   menarik garis yang pada titik-titik tertinggi menghubungkan wilayah   aliran sungai yang satu dengan yang lain. Saat ini ada 36 DAS di   Indonesia berada dalam kondisi kritis dengan kerusakan yang sangat   parah. Di bagian hulu sungai sebagian areal hutan telah ditumbuhi banyak   semak belukar dan ada juga yang sudah gundul.
Seperti   pernah kita lihat adanya berbagai masalah yang timbul dengan  terjadinya  banjir bandang di Sinjai, Sulawesi Selatan, Kalimantan  Tengah, dan  Kalimantan Timur. Masalah ini dapat timbul karena gundulnya  hutan di  bagian hulu, sehingga tidak mampu menampung luapan air jika  terjadi  hujan secara terus-menerus. Demikian juga yang terjadi di  bagian bawah,  karena erosi tanah yang terbawa oleh air akan mengendap  sebagai lumpur  dan menyebabkan pendangkalan di sungai, waduk, ataupun  saluran air,  sehingga ketika terjadi hujan yang terus-menerus air  sungai akan meluap  dan terjadilah banjir. Gundulnya hutan merupakan  akibat dari penggunaan  tanah yang tidak tepat, seperti sistem  perladangan berpindah dan  pertanian lahan kering, tanpa perlakuan  konservasi yang tepat dan tidak  mengikuti pola tata guna tanah.
DAS   banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, jenis batuan, dan banyaknya   tumbuhan yang dilalui DAS, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur   pada waktu hujan. Bentuk lereng DAS sangat berpengaruh terhadap   kecepatan terkumpulnya air hujan di dalam aliran. Meander, dataran   banjir, dan delta adalah bagian dari DAS. Banyaknya hujan di DAS dapat   dihitung dengan cara isohyet dan thiessen.
a. Isohyet,   merupakan garis dalam peta yang menghubungkan tempattempat yang   mempunyai jumlah curah hujan yang sama selama satu periode tertentu.   Isohyet digunakan jika luas DAS lebih besar dari 5.000 km2.
b. Thiessen,   digunakan kalau bentuk DAS tidak memanjang dan sempit, dengan luas   antara 1.000–5.000 km2. DAS dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu   daerah hulu sungai, tengah sungai, dan hilir sungai. DAS di hulu sungai   berbukit-bukit, berlereng curam, banyak digunakan untuk areal ladang   sayuran, perkebunan, atau hutan yang merupakan daerah penyangga dan   banyak permukiman penduduk di sekitar aliran sungai. DAS di bagian   tengah sungai, relatif landai, biasa digunakan untuk jalur transportasi,   karena daerahnya yang datar daerah ini merupakan pusat aktivitas   penduduk, seperti pertanian, perdagangan, perindustrian, dan merupakan   pusat-pusat permukiman penduduk. DAS di bagian hilir merupakan daerah   yang landai, subur, dan banyak dimanfaatkan untuk permukiman dan areal   pertanian (misalnya, areal tanaman padi, jagung, dan tanaman kelapa).
4. Potensi Air Permukaan dan Air Tanah
a. Lapisan Tak Kedap
Lapisan   tak kedap adalah lapisan yang mudah tertembus air sehingga air tidak   tertahan dan langsung dapat meresap sampai pada lapisan kedap. Kadar   pori lapisan tak kedap cukup besar, contoh lapisan tembus air ialah   pasir, padas, kerikil, dan kapur.
b. Lapisan Kedap
Lapisan   kedap ini adalah lapisan yang tak tembus air. Kadar pori lapisan kedap   sangat kecil sehingga kemampuan untuk meneruskan air juga kecil. Kadar   pori merupakan jumlah pori atau celah pada butir-butir tanah (%). Pada   lapisan lempung setelah mengisap air hingga jenuh air tidak akan   terserap lagi sehingga semua air akan dialirkan atau tetap menggenang.   Contoh lapisan kedap, yaitu geluh, napal, dan lempung.
c. Lapisan Peralihan
Lapisan   peralihan terletak di antara lapisan kedap dan lapisan tak kedap.   Lapisan ini merupakan kombinasi dari dua lapisan tersebut. Keadaan air   dan posisi tanah dalam lapisan tak kedap dapat memengaruhi gerak aliran   airnya. Jika lapisan yang kurang kedap terletak di atas dan di bawah   tubuh air, dapat dihasilkan suatu lapisan penyimpanan air yang disebut   air tanah tak bebas. Perbedaan tinggi suatu tempat dengan daerah   tangkapan hujan sangat berperan dalam timbulnya tekanan air tanah tak   bebas. Sumur artesis muncul jika pengeboran dilakukan di daerah yang   lebih rendah daripada permukaan air tanah pada daerah tangkapan hujan.
Bagi daerah-daerah yang kering, beriklim arid (panas) dan semiarid (semipanas),   air artesis mempunyai arti yang sangat penting. Contoh daerah cekungan   artesis di Australia Tenggara, terletak di daerah aliran Sungai  Darling  dan Sungai Murray.
5. Penampang Air Tanah
Lapisan   batuan porous merupakan pengikat air tanah freatik dengan jumlah cukup   besar. Kedalaman lapisan freatik tergantung pada ketebalan lapis-lapis   batuan di atasnya. Jika lapisan freatik menjumpai retakan atau  patahan,  air akan keluar ke permukaan dan awalnya sering membawa  endapan air.  Amatilah penampang lapisan air tanah sebagai berikut.
Hal-hal   berikut ini sedapat mungkin harus dihindari agar kelestarian air tanah   di lingkungan kita tetap terjaga, hal-hal yang perlu dicegah tersebut,   antara lain:
(1) kepadatan penduduk dan permukiman yang berlebihan pada satu wilayah karena berkaitan dengan membesarnya konsumsi air tanah;
(2) penggunaan air tanah yang berlebih-lebihan oleh industri karena akan mempercepat menurunnya volume air tanah;
(3) agar tidak terjadi perluasan, pemanfaatan air tanah (tawar) di daerah pantai harus sesuai dengan peraturan;
(4) pengawasan terhadap penggunaan lahan sepanjang daerah aliran sungai (DAS);
(5) perusakan hutan dan lahan penghijauan menimbulkan tidak seimbangnya tata air;
(6) pembuangan atau kontaminasi limbah terhadap air tanah, terutama limbah industri dan domestik;
(7)   tidak adanya pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan(amdal),   khususnya terhadap air tanah, terhadap rencana pembangunan.
a. Kegunaan Air Tanah
Kandungan air tanah yang potensial terjadi karena:
(1) tingginya curah hujan, rata-rata lebih dari 2.000 mm/tahun;
(2) populasi tumbuhan penutup tanah dan sekitar 75% berupa lahan kehutanan;
(3)   terdapatnya beraneka jenis tanaman berperan dalam memperbesar absorpsi   terhadap air permukaan, mengingat Indonesia beriklim tropis.
Air   tanah sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Air tanah merupakan   air paling bersih dan paling sehat untuk minum, masak, mandi, dan cuci.   Mengapa demikian? Ini terjadi karena proses pembentukan air tanah   melalui proses penyaringan, pembersihan, dan penetralan derajat   keasamannya. Air tanah dapat ditemukan dengan menggali atau mengebor   lapisan tanah. Dengan sumur-sumur biasa ataupun dengan pengeboran atau   pembuatan sumur artesis pada air tanah tertekan. Pada air sungai   permanen, salah satu sumber airnya berasal dari beberapa mata air di   daerah hulu aliran sungainya yang masih memiliki hutan yang lebat. Air   sungai permanen dapat dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan, dan   objek wisata, karena pada sungai ini volume airnya relatif tetap.   Pembuatan sumur resapan merupakan salah satu carauntuk menjaga   kelestarian air tanah.
Pilot Project Geografi
Sumur Resapan
Kemarau   panjang sering berdampak negatif kepada kehidupan, kekurangan air   bersih, kebakaran  hutan, dan lain-lain. Padahal setiap musim penghujan   kita mengalami banjir yang juga membawa kerugian besar. Untuk   mengantisipasi kedua hal tersebut sekaligus, kita perlu membuat   sumur-sumur resapan. Untuk di daerah-daerah yang tanahnya masih luas   kita dapat membuat kolam atau empang. Untuk lokasi yang terbatas kita   membuat sumur resapan.
Adapun  cara  membuat sumur resapan cukup mudah. Pertama, galilah tanah di  sekitar  rumah, terutama yang berada dekat pompa air atau jet pump.  Kedua, isi  lubang secara bergantian dengan pecahan tembok atau batu  kali dan ijuk  secara bergantian hingga lubang penuh. Ketiga, pada  bagian atas tutup  dengan pasir. Keempat, arahkan curahan air hujan atau  air bekas cucian  dapur ke arah lubang, air itu akan meresap ke dalam  tanah dan akan  menjadi sumber air tanah bagi lingkunganmu.  Cobalah  praktikkan hal ini  di sekitar rumahmu maka kamu tak perlu menggali  sumur baru atau  memperdalam sumur setiap musim kemarau, dan tentu  biayanya akan lebih  murah.
(Murnaria Manalu)
6. Penyebab, Dampak, serta Usaha Mencegah Terjadinya Banjir
Penggundulan   hutan menyebabkan hutan gundul dan tidak bervegetasi. Keadaan ini  dapat  memperkecil daya serap air. Jika daerah ini diguyur hujan secara   terus-menerus, hanya sedikit air yang dapat terserap. Akibatnya, air   akan meluap dan terjadilah banjir. Dataran banjir merupakan daerah yang   sering tergenang air saat banjir, dapat terjadi karena pemindahan dan   perubahan meander sepanjang lembah sungai serta adanya hasil pengendapan   sedimen pada bekas aliran yang ditinggalkan akan membentuk suatu   lengkungan dataran yang luas, yang kadang-kadang luasnya dapat jauh   lebih besar daripada alur sungainya sendiri.
Banjir   dapat menimbulkan dampak kerugian bagi manusia, seperti kerusakan pada   rumah, jalan, jembatan, bahkan dapat mengakibatkan korban jiwa. Jika   banjir menerjang persawahan, menyebabkan gagalnya panen. Contohnya,   banjir bandang yang menerjang Sinjai (Sulawesi Selatan). Banjir ini   telah menghancurkan rumah, gedung sekolah, tempat ibadah, dan menewaskan   ratusan jiwa baik manusia maupun hewan.
Timbulnya   polusi air dan berbagai macam penyakit akibat bencana banjir berdampak   psikologis bagi korban. Usaha-usaha manusia untuk mengurangi risiko   banjir, antara lain,  sebagai berikut:
(1) meningkatkan daya resapan air, melakukan reboisasi atau penghijauan dan penghutanan kembali wilayah gundul;
(2) mengurangi terjadinya erosi, membuat terrasering dan sengkedan pada lahan miring;
(3) menahan luapan air sungai, membangun tanggul-tanggul;
(4) melakukan pelurusan sungai dan pengerukan sungai bagian dasar lembah pada musim kemarau;
(5) membuat terusan saluran air;
(6) membuat bendungan serbaguna untuk menampung dan memanfaatkan air sepanjang tahun;
(7)   membuat kanal-kanal sungai, selokan-selokan air, membuat pintu air,   membuat tanggul-tanggul pada tepi kota sepanjang batas aliran sungai di   daerah-daerah perkotaan;
(8)   menimbulkan kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan hidup   melalui pendidikan formal atau nonformal dan melalui media massa.
Usaha   pencegahan banjir juga harus dilakukan dengan menggunakan konsep DAS.   Perubahan fisik yang terjadi di DAS akan berpengaruh langsung terhadap   kemampuan retensi DAS terhadap banjir. Retensi DAS dimaksudkan sebagai   kemampuan DAS untuk menahan air di bagian hulu.
Perubahan   tata guna lahan, misalnya, dari hutan menjadi permukiman, perkebunan,   dan lapangan golf akan menyebabkan retensi DAS ini berkurang secara   drastis. Seluruh air hujan akan dilepaskan ke wilayah hilir. Sebaliknya,   semakin besar retensi suatu DAS semakin baik, karena air hujan dapat   dengan baik diresapkan di DAS ini dan secara perlahan-lahan dialirkan ke   sungai hingga tidak menimbulkan banjir di hilir. Manfaat langsung   peningkatan retensi DAS adalah bahwa konservasi air di DAS terjaga, muka   air tanah stabil, sumber air terpelihara, kebutuhan air untuk tanaman   terjamin dan fluktuasi debit sungai dapat stabil.
Retensi   DAS dapat ditingkatkan dengan cara, program penghijauan yang  menyeluruh  baik di perkotaan/perdesaan atau kawasan lain, mengaktifkan   bendungan-bendungan alamiah, membuat resapan-resapan air hujan alamiah   dan pengurangan atau menghindari sejauh mungkin pembuatan lapisan keras   permukaan tanah yang dapat berakibat sulitnya air hujan meresap ke   tanah. Memperbaiki retensi DAS pada prinsipnya adalah memperbanyak   kemungkinan air hujan dapat meresap secara alamiah ke dalam tanah   sebelum masuk ke sungai atau mengalir ke hilir untuk itu perlu adanya   proses pembelajaran sosial yang efektif dan terus-menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar